Nyoman Nuarta dikenal sebagai salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru di tahun 1976. Selain GWK Bali, dia juga dikenal lewat mahakarya seperti Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta. Karya fenomenal dan paling ambisiusnya, patung GWK Bali, dibangun pada 8 Juni 1997 silam.
Ditemui di Komunitas Salihara, Nuarta menceritakan tentang proyek yang masih berjalan sampai sekarang ini. "Sekarang masih empat ribu pengunjung per hari, nanti GWK saya ramalkan enam ribu pengunjung per harinya. Karena saya berpikir daripada bikin hotel, lebih baik bikin land art yang bagus seperti GWK," katanya di diskusi 'Seni Patung di Ruang Publik', Rabu (22/9/2016) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya ketemu sama Bupati, katanya pemiliknya ada 300 orang, saya bebaskan. Saat krisis, hilanglah 20 hektare, sekarang tinggal 67 hektare. Saya dibilang penjahat kelas putih, padahal mau bagusin pulaunya," ujar Nuarta terang-terangan.
![]() |
Area Taman Budaya GWK Bali dibangun atas dananya sendiri, berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di permukaan laut. Di area tersebut, terdapat Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara.
Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Namun, yang fenomenal adalah patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi Garuda, setinggi 120 meter.
Patung itu disebut-sebut lebih tinggi daripada Patung Liberty di muara Sungai Hudson, New York. Kini, arealnya sudah dilepaskan kepada pihak pengembang tapi Nuarta punya beberapa syarat. Salah satunya adalah menyelesaikan Patung GWK dan kawasan taman budaya tersebut.
"Tinggal beberapa bagian saja, mungkin 20 persen lagi. Sebanyak 80 persen sudah dibangun patungnya di sana. Mungkin akhir 2017 atau awal 2018 sudah selesai," tambah pendiri Nuart Sculpture Park di Bandung ini.
Di pengujung obrolan, Nuarta kembali menegaskan karya-karya yang dibangunnya atas prakarsa pribadi. Dia sama sekali tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk menyelesaikannya. Semuanya berasal dari dompet sendiri.
"Saya tidak pernah dibantu negara, yang ada hanya dipersulit," pungkas Nuarta.
(tia/mmu)