Ia mengeksplorasi persoalan narasi visual tentang Bali dan logika 'Hana Tan Hana' yang memiliki metafora dari peristiwa yang terjadi di Bali. Melalui penggunaan bahasa visual, seniman membawa hipotesa dari banyak fragmen atau potongan masa lalu dengan beragam cara.
Baca Juga: Puluhan Batik Indonesia Dipamerkan di Museum Nasional Sofia Bulgaria
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karya-karyanya mencerminkan setiap langkah dan representasi, serangkaian patung berukuran kecil yang abstrak, dan penjelajahan tinta di atas kertas. "Lukisan yang dipajang juga menggambarkan dimensi nyata dari cerita yang tertanam," lanjut dia.
Dewa Ngakan Made Arkana tinggal dan menetap di Yogyakarta. Pria kelahiran Bali di tahun 1980 itu adalah lulusan ISI Denpasar. Saat ini, ia berada di bawah REDBASE Art Managemen dan anggota dari Forum Ceblang Ceblung di Yogyakarta.
Sebagai orang Bali, sang seniman sering menyelidiki persoalan identitas dan ide tentang rumah serta keluarga. Khususnya, peristiwa genosida yang terjadi pada 1965 di Bali.
(tia/mmu)