Menurut sutradara lakon 'Petuah Tampah', Asa Jatmiko, Tampah menawarkan banyak nilai sejarah dan sosial yang ada di masyarakat Indonesia. Alat tradisional tersebut fungsinya untuk memilah dan memilih padi bernas.
"Dalam tradisi Jawa, Tampah punya arti filosofi yaitu nampa atau menerima. Di beberapa peristiwa anak hilang, menurut mitosnya diajak bermain makhluk halus, tampah dijadikan alat tetabuhan oleh tetangga sambil keliling kampung. Percaya atau tidak, tampah telah menjadi alat magis," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Eksplorasi dan riset mengenai Tampah berlangsung selama tiga bulan. Selama proses, sutradara dan tim produksi menemukan kata 'wos' (bahasa Jawa yang berarti beras) dan berarti juga 'inti kehidupan'. Lalu, ketika Teater Djarum menemukan tampah yang disusun dari anyam-anyaman bambu, tiba-tiba sadar bahwa bangunan dari seluruh proses para pemain dan pendukung teater tidak lain merupakan "anyam-anyaman".
"Eksplorasi Tampah ini semakin membuat kami mengerti bahwa kami banyak tidak mengerti," pungkas Asa.
Usai pentas di GIK, Teater Djarum akan membawa lakon 'Petuah Tampah' ke panggung Balai Budaya Redjosari, Kudus, pada 25 Mei mendatang. Kemudian, menyambangi Yogyakarta di Omah Petroek Karang Klethak pada 27 Agustus mendatang. Kota terakhir adalah Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, pada 24 September.
(tia/tia)