Tamara menyukai kesenian dan sering mengobrol dengan para seniman. Satu-satunya cara agar terbebas dari dunia jalanan dan mengamen adalah lewat kesenian.
"Aku memilih berubah karena ada ketertarikan sama kesenian dan mulai tertarik dengan performing arts dan seni instalasi. Aku sempat bikin pameran sama beberapa seniman," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karya-karya telah melanglang buana tak hanya di Indonesia saja. Di tahun 2015, ia menampilkan karyanya, berkolaborasi dengan seniman dari sejumlah negara. Salah satunya dalam Goma Gallery di Brisbane "Asian Pacific Trienale #8" dan berkolaborasi dengan seniman Ming Wong, Shahmen Suku, dan Bradd Edward. Karya bersama itu berjudul 'Aku Akan Bertahan' yang terinspirasi dari lagu 'I will Survive'.
Tamara juga terlibat dalam acara seni di Gertrude Contemporary Art berjudul Ancient MSG. Ia berkolaborasi dengan empat seniman Australia dan tiga seniman Indonesia.
Bagi Tamara, lewat seni bisa membicarakan banyak hal. "Seni tidak dibatasi agama, gender atau oleh apapun," tegasnya.
Kali ini, culture detikHOT akan membahas profil lebih jauh dari Tamara Pertamina dan karyanya yang diapresiasi positif di Australia. Seperti apa? Simak terus artikelnya!
(tia/mmu)