Van Gogh dan Anne Frank di Sepotong Cokelat

Van Gogh dan Anne Frank di Sepotong Cokelat

Is Mujiarso - detikHot
Selasa, 26 Apr 2016 17:20 WIB
Jakarta - Sopir taksi itu sangat fasih bicara tentang perubahan yang terjadi pada Museum Van Gogh. “Dulu pintu masuknya sebelah sana, tapi kemudian dipindah ke sini,” katanya seraya menunjuk dengan isyarat tatapan matanya ke arah kerumunan di luar sana, di sebuah bangunan megah di sisi kiri jalan.

“Kamu sebaiknya beli tiket dulu secara online atau di agen wisata, untuk menghindari antrian yang selalu sangat panjang,” tambahnya memberi saran. Di Amsterdam, antrian panjang di depan museum pada hari biasa sudah merupakan pemandangan yang lazim. Sesuai dengan namanya, Van Gogh Museum berisi koleksi lukisan-lukisan Vincent van Gogh (1853-1890), pelukis pasca-impresionis Belanda yang memberikan pengaruh sangat besar pada senirupa dunia abad XX.

Tak sampai semenit kemudian, ketika taksi telah berlalu dari depan museum itu, pria berusia di akhir 30-an itu melanjutkan lagi. Nada bicaranya santai, tanpa pretensi untuk menjadi seorang pemandu wisata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Nah, kalau yang itu Anne Frank House,” terangnya sambil membuat isyarat yang sama ke arah luar jendela kaca. Lalu, tanpa diminta ia menjelaskan bahwa Anne Frank adalah gadis Yahudi yang lolos dari kekejaman Nazi di zaman Holocoust di Jerman di masa Perang Dunia II.

Terkenal berkat buku hariannya yang dibaca orang di seluruh dunia dari zaman ke zaman, Frank lahir di Frankfurt dan pindah ke sebuah kota di dekat Amsterdam di masa ketika Jerman menduduki Belanda. Buku hariannya yang mengungkap kekejaman Nazi itu telah menjadi dasar bagi lahirnya sejumlah karya berupa film dan drama.

Rumah Anne Frank sebagai sebuah museum biografis bagi sesosok manusia bersejarah yang termasuk paling banyak dibicarakan orang, mengalami lonjakan popularitas berkat novel ‘The Fault in Our Stars’ karya John Green. Dalam novel yang kemudian difilmkan itu, sang tokoh utama Hazel Grace yang mengidap penyakit kanker paru-paru stadium 4, berwisata ke Amsterdam. Salah satunya, ia mengunjungi Anne Frank House. Sejak itu, muncullah apa yang disebut sebagai ‘The Fault in Our Stars Tour’, yakni sebuah paket wisata mengunjungi 6 lokasi di Amsterdam yang pernah dikunjungi Hazel bersama pacarnya, Gus.

Popularitas Anna Frank (House) dan Van Gogh (Museum) memang telah menjadi bagian dari keseharian denyut kehidupan di Amsterdam. detikHOT yang mengunjungi kota itu atas undangan Heineken untuk acara Global Bartender Final 2016 awal pekan lalu, merasakan hal itu. Tidak hanya sopir taksi yang bisa sangat runtut bicara layaknya seorang dosen sejarah seni. Tapi, ikon-ikon itu sendiri juga menjelma dalam bentuk-bentuk lain, seperti suvenir.

Wajah Anne Frank dan Van Gogh hampir ada di mana-mana, dari gantungan kunci, asbak, tempelan kulkas, sampul notebook, tote bag hingga bungkus cokelat. Kunjungan ke Anne Frank House dan Van Gogh Museum itu sendiri nyaris tak mungkin dilewatkan oleh para pelancong. Keduanya merupakan bagian dari tawaran utama bagi siapapun yang tengah berkunjung ke kota sepeda tersebut, di samping tentu saja wisata kanalnya yang menggoda.

Selain sangat sadar dengan potensi dan kekayaan seni-budaya yang dimilikinya, orang-orang Amsterdam juga sangat bangga sebagai warga kota tersebut. Hal itu terlihat dari penanda kota berupa huruf-huruf raksasa yang membentuk frasa 'I amsterdam', dengan “I am” berwarna merah dan selebihnya hitam. Sehingga membentuk kontras yang seolah hendak mengatakan, “Saya (orang) Amsterdam”.

Taman kota dengan tulisan ‘I amsterdam’ tersebut berlokasi persis di depan Rijkmuseum, museum terbesar di kota itu yang dikelola oleh pemerintah. Dari lantai dua museum, orang bisa melihat taman ‘I amsterdam’ berikut panorama kota di sekitarnya yang elok nan eksotik.

Museum dan ikon-ikon dari dunia seni di masa lalu adalah pesona yang tak bisa ditolak di Amsterdam. Lukisan semistis dan seagung ‘Starry Night’ karya Van Gogh atapun ‘Night Watch’ karya Rembrandt, tak dibiarkan menjadi benda keramat di dalam ruang museum yang dingin. Melainkan direproduksi, dan dibaurkan dengan kehidupan yang hiruk-pikuk di toko-toko suvenir yang berderet di antara gerai-gerai H&M, toko keju dan kafe-kafe tempat orang minum bir di siang hari, di sepanjang kanan-kiri kanal.

(mmu/mmu)

Hide Ads