Kali ini, Ruang MES 56 akan meluncurkan dan diskusi buku 'Cerita Sebuah Ruang. Menghidupi Ekspektasi: Membaca Fotografi Kontemporer Indonesia Melalui Praktik Ruang MES 56'. Diskusi ini adalah seri pertama yang diselenggarakan di beberapa kota dengan tema yang berbeda dan merujuk pada konten buku.
Dalam keterangan persnya, Jumat (26/2/2016), kemunculan ruang alternatif menandai generasi baru seniman Indonesia yang memiliki kesadaran untuk tak lagi melihat arus utama sebagai kiblat. Serta lebih fokus terhadap persoalan bentuk kesenian yang personal. Ruang MES 56 pun hadir sebagai generasi yang masih bertahan sampai sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai ruang kolektif seni yang fokus pada persoalan fotografi, Ruang MES 56 menyaksikan transisi dari era fotografi analog ke digital dan mengalami masa ketika fotografi dipertanyakan status 'seninya' sampai diundang ke biennale seni rupa. Perjalanan kolektif ini tentu saja menorehkan bekas dalam sejarah seni dan fotografi di Indonesia.
Nantinya, diskusi ini akan diisi oleh narasumber Kurniawan Adi Saputro. Dia adalah staf pengajar di Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan juga bekerja di Rumah Sinema, lembaga kajian film dan media. Serta narasumber kedua yakni Antariksa, peneliti di KUNCI Cultural Studies Center dan dimoderatori oleh Arham Rahman.
Kurniawan Adi Saputro akan mengulas peran dan posisi ruang alternatif inisitiaf seniman dan institusi pendidikan seni formal dalam diseminasi pengetahuan di masa sekarang. Sedangkan Antariksa bakal mengelaborasikan wacara tersebut dengan penelitiannya yang mengkaji sejarah kolektif seniman di masa pra kemerdekaan.
Diksusi dan peluncuran buku Ruang MES 56 akan digelar di Langgeng Art Foundation, Jalan Suryodiningratan No. 37, Yogyakarta pada 29 Februari 2016 pukul 15.00-17.00 WIB.
(tia/mmu)