Tak punya studio seni, Harvey pun hanya mengandalkan kubikel tempatnya membuat sketsa. Kini, saatnya Harvey unjuk gigi dalam sebuah pameran tunggal di galeri ternama New York.
Dalam sebuah wawancara, Harvey mengatakan yang dilakukannya bukanlah proses kreatif tapi keterampilan yang dimiliki untuk hidup. "Hal yang dilakukan detektif adalah menanyakan hal-hal yang sederhana tentang penampilan tersangka dan dia membuat sketsa dari penjelasan tersangka," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bekerja, Harvey selalu menyajikan gambar pensil dan kertas serta detail wajah tersangka. Seperti permainan 'Guess Who', karyanya selalu membuat tanda tanya bagi yang melihat.
Selama ini, 'art forensic' menjadi topik yang paling menarik untuk penggemar seni dan penyuka cerita kriminal. Di New York Academy of Art juga terdapat program 'Sculpture Forensic' di mana siswa menciptakan replika plester dari tengkorak manusia yang dibuat oleh pemeriksa medis, membuat wajah orang hilang tak dikenal dan disebarluaskan informasinya.
"Yang saya lakukan basicly adalah art forensic tapi dari sisi artistik juga layak ditampilkan di sebuah galeri ternama," pungkasnya.
Pameran tunggal Harvey dapat dilihat sampai 10 Januari 2016 mendatang di Fort Gansevoort Gallery New York.
(tia/tia)