Biennale Jogja XIII Ditutup dengan Karnaval Visual 'Jalistiwa'

Biennale Jogja XIII Ditutup dengan Karnaval Visual 'Jalistiwa'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 15 Des 2015 15:37 WIB
Foto: Biennale Jogja XIII
Jakarta - Sejak 1 November lalu, Biennale Jogja XIII yang menggandeng seniman Nigeria telah dibuka selama hampir dua bulan lamanya. Festival seni rupa kontemporer itu ditutup dengan karnaval dari berbagai komunitas seni Yogyakarta, mulai dari Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di kawasan Bugisan sampai Jogja National Museum (JNM).

Komunitas seni yang mengikuti di antaranya adalah Ace House Collective, Bregada Niti Manggala, UFO Tertangkap, Komunitas Kesini@n Kulon Progo, Prampin Street Art, Odong-odong Street Slam (Emeka Udemba), Komunitas Sepeda Pitpaganda, dan Kursi-kursi Kehormatan Bengkel Mime.

Simak: Instalasi 'Domus Musculi' Teguh Ostenrik Ditenggelamkan 16 Desember

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karnaval yang dipimpin oleh band cadas seni rupa Punkasila itu memberitahukan ruang publik telah direbut oleh politik yang tak beradab. Serta meminggikan ekologi, orang papah, dan masyarakat seni.

Festival dua tahunan dengan tajuk 'Equator' tersebut juga dimeriahkan dengan pagelaran Wayang Sawah dari Giripeni Kulon Progo dan Kethoprak HIPHOP di panggung penutup. Di panggung ini, festival mempertemukan antara tradisi dan kontemporer, serta panggung seni pertunjukan dan dinding seni rupa.

Baca Juga: Ballet Sumber Cipta Pentaskan 'The Nutcracker in Jazz' 19-20 Desember



Kelompok Kethoprak HIPHOP yang menghubungkan antara pemusik hiphop dan penggiat ketoprak seperti Marwoto dan Den Baguse juga memeriahkan penutupan Jogja Biennale XIII. Di malam penutupan 10 Desember lalu, penganugerahaan juga diberikan kepada kurator Jim Supangkat.

Biennale Jogja XIII diikuti oleh 34 seniman dan komunitas seni dari dua negara, termasuk 11 seniman Nigeria yang berpartisipasi. Tak hanya seniman visual, tapi Biennale Jogja XIII juga menampilkan pelaku teater, musisi, editor buku, praktisi iklan dan penari.


(tia/mmu)

Hide Ads