Di sela-sela pembukaannya di Galeri Salihara, Eko mengatakan pamerannya kali ini bukanlah retrospektif tapi menjadi narasinya pasca Reformasi 1998. "Pamerannya sudah dirancag 1,5 tahun yang lalu dan menandai 4 tahun setelah saya vakum nggak pameran tunggal di Indonesia," katanya kepada detikHOT, Selasa (24/11/2015).
Karya-karya yang ditampilkan Eko adalah cuplikan dari beragam benda yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia serta apa yang terjadi di Indonesia. "Saya adalah generasi 1998 dan paham tentang kondisi negara," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain karya-karya bordir yang menjadi ciri khasnya, Eko juga akan menampilkan karya instalasi, patung dan mural. Sebagian karya ini akan dikerjakan secara "in situ" (on site).
Sepanjang berkarya, Eko selalu menampilkan kehidupan modern di kawasan urban dan perubahan sosial politik yang hadir lewat ciri komik dan seni jalanan. Dia pun membawa unsur budaya Jawa lewat batik dan wayang.
Sebelumnya, Eko pernah pameran mural di Lyon Biennal, Prancis (2009). Eko Nugroho telah berpameran tunggal di Singapura Tyler Print Institute (2013), Muse;e d'Art Moderne de la Ville de Paris, Prancis (2012), Art Gallery of South Australia (2011) dan Artoteek, The Hague, Belanda (2005).
Tahun 2015 ini, Eko Nugroho telah menampilkan karya instalasinya di Art Gallery of South Australia untuk OzAsia Festival dan salah satu seniman Indonesia terpilih dalam ajang Frankfurt Book Fair 2015.
Pameran 'Landscape Anomaly' dapat disaksikan sampai 21 Desember di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan!
(tia/ron)