Suatu hari, ranjau itu meledak di ambang pintu rumahnya. Bahtera perkawinan yang selama ini berlayar nyaris tanpa terpaan gelombang, tiba-tiba karam. Suaminya ditahan, anak laki-lakinya menghilang, anak perempuannya koma.
Dari kaki Gunung Kilimanjaro di Afrika sampai Lembah Baliem di Papua, Andien harus mencari jawabannya. "Jika hidup ini punya cetakan kedua, alangkah banyaknya yang harus dikoreksi," begitu bunyi sinopsis novel terbaru Mira W. 'Sisi Gelap Cinta'.
Merayakan 40 tahun berkarya dan usia yang menggenapi 64 tahun, suasana Gramedia Central Park, Minggu (13/9/2015) tampak dipenuhi berbagai usia. Dari remaja hingga di atas 50 tahunan memenuhi toko buku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui sepanjang beraktivitas, Miral bergaul dengan pasien dan mahasiswa tempatnya mengajar di Universitas Moestopo. "Ide itu selalu mengalir, selalu dapat saya curahkan dalam bentuk novel atau kumpulan cerpen."
Salah satu novelnya diakui Mira terinspirasi dari cerita kawannya yang mengidap kanker otak 'Perisai Kasih yang Terkoyak'. Serta 'Relung-relung Gelap Hati Sisi' yang bertemakan lesbian.
Novelis kenamaan mulai menulis sejak masih di sekolah dasar. Cerpen populernya 'Benteng Kasih' dimuat di Majalah Femina pada 1975. Sejak itu karyanya bertebaran di Majalah Dewi, Kartini, Sarinah, dan Kumpulan Cerpen Anita.
Pada 1978,novel 'Sepolos Cinta Dini' diterbitkan Penerbit Gramedia. Samai 2015, bukunya berjumlah 82 buah. Terdiri atas 75 novel dan tujuh kumpulan novelet serta cerpen. Novel terbarunya terbit di Gramedia Pustaka Utama bulan ini dengan harga Rp 48 ribu. Selamat berburu 'Sisi Gelap Cinta!
(tia/tia)