Usai ngopi, tentunya ada sisa ampas kopi di cangkir yang sudah diminum. Bukan sembarang kopi, tapi material ampas tersebut bisa bernilai seni tinggi. Kini, banyak seniman yang mulai menggunakan ampas kopi sebagai proses berkarya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Ghidaq Al-Nizar. Seniman lulusan Sastra Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengaku merupakan seorang pecandu kopi. "Saya penggemar kopi dan hobi nongkrong di kafe. Pasti ketebak apa yang saya suka pesan ketika nongkrong di kafe," ungkapnya kepada detikHOT, beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ghidaq awalnya belajar sebagai seniman latte art, lalu merambah ke 'zero waste coffee' serta seni ampas kopi. Ketiga teknik tersebut yang sering dilakukannya selama tiga tahun belakangan.
Melalui akun Instagram @coffeetopia, Ghidaq mulai mempublikasikan karya seninya di media sosial. Jika ditelisik, tak hanya Ghidaq saja yang berkarier di seni ampas kopi. Tren tersebut pun mulai digemari para seniman secara otodidak. Lambat laun, seni ampas kopi dapat ditemui di media sosial dengan beragam teknik dan bentuk gambar.
Kali ini, culture detikHOT akan membahas mengenai seni ampas kopi. Mulai dari seluk beluknya, profil seniman hingga alasan tren ini disukai oleh seni kontemporer internasional. Simak artikel berikutnya!
(tia/ron)