Koreografer Benny Krisnawardi: Dari Tradisi Hingga Meng-Indonesia

Koreografer Benny Krisnawardi: Dari Tradisi Hingga Meng-Indonesia

- detikHot
Selasa, 16 Jun 2015 10:10 WIB
Dok.Majalah Detik
Jakarta - Benny Krisnawardi menggambarkan fase tua yang “apa adanya” lewat Menuai Senja. Tua bukan hanya sabar dan bijaksana, tapi juga gelisah hingga pasrah menghadapi kematian.

Benny Krisnawardi sang koreografer menyuguhkan sisi perih seorang tua lewat karya tarinya, Menuai Senja, yang dibawakan Komunitas Seni Sigma Dance Theatre di Teater Salihara, 6 Juni 2015. Pementasan ini merupakan bagian dari Helatari Salihara 2015. Empat penari dilibatkan, yakni Davit Fitrik, Eka Fitrik, Diliati, dan Helda.

Komunitas Seni Sigma Dance Theatre adalah kelompok tari berlatar belakang budaya Minangkabau. Benny memasukkan gerak-gerak silat Minang dalam Menuai Senja, walau hanya 20 persen dari keseluruhan gerak, serta iringan musik khas Minangkabau. Benny Krisnawardi, yang sejak 1990 jadi koreografer, adalah lulusan Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan IKJ.

Baca Juga: Akhirnya, Lukisan Komposer Bach di Abad 17 Dikembalikan ke Leipzig

Menuai Senja yang dibagi menjadi empat bagian itu bercerita tentang kehidupan manusia kala usia mulai merambat tua dengan perubahan yang tampak secara psikis maupun fisik. Di sana ada kegelisahan saat manusia mengawali masa tuanya, kerinduan akan orang yang dicintai, serta kepasrahan menghadapi kematian.

“Ide geraknya dari tetes air di dahan bunga, ada yang cepat, ada yang tersendat-sendat. Karena itu, sebagian besar gerakannya di bawah seperti air mengalir, lambat dan butuh konsentrasi,” ujar Benny usai geladi resik, 5 Juni 2015.

Senapas dengan Menuai Senja, yang merupakan tari kontemporer berbasis tari tradisi, sehari sebelumnya, 5 Juni 2015, di Serambi Salihara, dihelat diskusi Tradisi dan Modernitas dalam Tari Indonesia. Diskusi itu melibatkan dua pembicara, yakni kritikus tari dan dosen IKJ Sal Murgiyanto serta pengamat tari dan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung F.X. Widaryanto.

Seperti apa berita selengkapnya? Cek artikel bagian seni di Majalah Detik edisi 185.

(tia/tia)

Hide Ads