Namun, kini memajang karya tidak lagi harus berada di galeri seni nasional maupun privat. Lokasi sebuah kedai kopi pun dapat dipilih dan terasa dekat dengan para pengunjung yang hadir. Seni tidak lagi menjadi eksklusif.
Seperti yang dilakukan oleh pendiri Ganara Art Studio Tita Djumaryo. Studio seni bagi anak-anak batita maupun orang dewasa di Kemang Jakarta Selatan tersebut pernah menggelarnya di kedai kopi kawasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: 200 Seniman Ikuti #SeniLawanKorupsi
Sama halnya dengan kurator pameran 'Recollecting Memory' Evelyn Huang yang baru saja membuka eksibisi tersebut di Kedai Kopi Tak Kie, Glodok. Kedai kopi tersebut dipilihnya karena bernilai sejarah dan memiliki ruang pertemuan antar warga sekitar.
"Kedai kopi ini kami pilih sebagai tempat pameran sekaligus enam seniman meresponnya," kata Evelyn.
Berbeda lagi dengan komunitas Kopi Keliling (Kopling) yang konsisten menggelarnya di kedai kopi ibukota. "Syaratnya kedai kopinya harus memakai green bean lokal. Artinya kopi Nusantara," ucap salah satu penggagas Patricia belum lama ini.
Beberapa kedai kopi pernah ditempati sebagai lokasi pameran Kopling. Sebut saja seperti Anomali Coffee, Kedai, The Coffee & Co, TRYST's Resto and Gallery, 1/15 Coffee Jakarta, dan lain-lain.
Kali ini, detikHOT akan membahas fungsi kedai kopi yang tidak saja menjadi tempat nongkrong, tapi juga sebagai lokasi pameran. Simak artikel berikutnya di detikHOT!
(tia/mmu)