Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sekarang Kementerian Pariwisata) sempat mengirim delegasi selama beberapa tahun terakhir ke berbagai pasar film di Eropa dan berbagai negara lain. Namun ternyata film-film Indonesia yang dipasarkan di sana hampir tak pernah dibeli distributor untuk penayangan di bioskop negara lain.
Hal itu dikatakan Ketua Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Firman Bintang kepada detikHOT, Rabu (4/2). Firman memang tiap tahun rutin mengirimkan anggotanya untuk mengikuti pasar film di luar negeri atas permintaan pemerintah. Tahun ini ia mengirimkan dua orang anggotanya, meskipun berujung batal. Sementara para produser film terkenal, berangkat dengan biaya sendiri.
"Penjualan tidak merata. Hampir tidak pernah dibeli untuk penayangan di bioskop. Kebanyakan (dibeli) untuk televisi dan (bentuk) video," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Joko Anwar Kritik Pemerintah Soal Delegasi Indonesia ke Festival Film Internasional
"Bagaimanapun tetap harus dipromosikan, jangan putus asa. Ini pengalaman bagus, jadi ke depan lebih terarah," katanya.
PPFI berdiri sejak 1956 dan anggotanya mendominasi produksi film nasional di angka 80 persen dari seluruh peredaran film nasional di Indonesia dalam setiap tahunnya. Sebagai organisasi yang mendominasi pasar film, PPFI juga sempat mengkritisi dan merumuskan ulang beberapa kebijakan mengirim delegasi mewakili Indonesia di sejumlah pasar film internasional. Di antaranya di European Film Market (EFM) atau pasar film Eropa yang berbarengan dengan gelaran Berlin Internasional Film Festival di Berlin, Jerman.
Kemudian turut serta membuka pavilion Indonesia di Cannes Film Festival di Cannes, Prancis. Lalu mengikuti Hong Kong International Film & TV Market for Entertainment atau pasar film Asia di Hong Kong, hingga ambil bagian dalam Mipcom atau pasar program TV internasional di Cannes, Prancis, dan beberapa program lainnya di Busan Korea, juga AFCI Locations Show Los Angeles di Amerika Serikat.
BACA JUGA: Soal Delegasi Festival Film Internasional, Kemenpar: yang Berangkat Produser Komersial
Menurut Firman, dari sejumlah program di atas, hanya beberapa program keikutsertaan saja yang idealnya masih diikuti Indonesia. Di antaranya tetap mengikuti HK Filmart atau pasar film Asia di Hong Kong, dan meninggalkan untuk sementara EFM juga Mipcom.
Hal itu lebih baik dilakukan karena dengan mengalihkan dana di dua pasar film dan program TV di dua negara di Eropa itu. "Dananya bisa kita alihkan untuk memberikan beasiswa kepada sejumlah insan film muda berbakat dari Indonesia, untuk di sekolahkan di sejumlah sekolah film di Eropa dan Amerika, misalnya," kata Firman.
Menurut Direktur Pengembangan Industri Perfilman Kementerian Pariwisata, Armein Firmansyah, ini adalah kali terakhir pihaknya mengirimkan delegasi ke pasar film di luar negeri. Apalagi nantinya akan dibentuk Badan Ekonomi Kreatif langsung di bawah presiden.
"Ini Februari (ke Berlin) terakhir sebenarnya, lagi apes aja kerena terburu-buru. Kurang komunikasi," kata Armein.
(ich/mmu)