Review Film
Get Married: Perjodohan Nan Menggelitik
Kamis, 11 Okt 2007 15:36 WIB

Jakarta - Mae (Nirina Zubir) yang tomboy dan tak pernah merawat diri mendadak berubah menjadi 'wanita'. Ia sibuk melayani pria-pria 'ajaib' yang siapa tahu kelak jadi calon suaminya. Pria 'ajaib' mana pilihan Mae?'Get Married' bak Siti Nurbaya masa kini. Untungnya Mae sang Siti Nurbaya tak benar-benar dipaksa menikah oleh kedua orangtuanya (Jaja Miharja dan Meriam Bellina). Kalau calon yang disodorkan mereka tak cocok, Mae boleh mundur.Mae juga punya cara cerdik untuk mengusir pria-pria 'ajaib' yang datang ke rumahnya. Ia akan mengibarkan bendera merah tanda minta tolong pada tiga sahabat prianya, Eman (Aming), Beni (Ringgo Agus Rahman) dan Guntoro (Desta Club 80's).Bicara soal sahabat, Eman, Beni dan Guntoro merupakan teman Mae sejak kecil. Keempatnya lahir di tempat dan jam yang sama. Mereka tumbuh bersama dengan besar di suatu pemukiman padat penduduk.Saat dewasa, keempatnya mengklaim diri sebagai anak muda paling frustasi se-Indonesia. Betapa tidak, Mae yang sebenarnya berhasrat jadi Polwan, dipaksa sekolah sekretaris. Eman yang ingin jadi politikus malah dimasukkan pesantren oleh kedua orangtuanya. Guntoro yang berangan-angan jadi pelaut, ternyata hanya sempat kursus komputer. Dan terakhir Beni, yang cita-citanya jadi petinju masuk sekolah pertanian.Apa hubungan ketiga pemuda pengangguran itu dengan ajang Mae berburu jodoh?Ketiganya menjadi penting, ketika tak satupun pria 'ajaib' yang berhasil digaet Mae menjadi calon suaminya. Ketika ada seorang pria impian bak pangeran datang, Rendy (Richard Kevin), semuanya juga sirna gara-gara ulah Eman, Beni dan Guntoro. Si 'pangeran' dijotos ketiganya sehingga tak pernah kembali lagi untuk kencan dengan Mae.Ibu Mae pun sakit karena putrinya tak kunjung menikah. Akhirnya ia memutuskan segera menikah dan meminta salah satu dari tiga sahabatnya tersebut menjadi suaminya. Siapa yang 'beruntung?''Get Married' yang disutradarai Hanung Bramantyo disajikan dengan menggelitik. Dijamin Anda terpingkal-pingkal ketika melihat pria-pria 'ajaib' yang ingin menjadi calon suami Mae. Tingkah, Amin, Desta dan Ringgo juga mampu mengocok perut.Film yang skenarionya Musfar Yasin itu juga menampilkan realita kehidupan anak kampung Jakarta. Eman, Beni, Guntoro dan Mae mewakili sebagian besar anak muda Jakarta yang pengangguran. Pekerjaan mereka hanya nongkrong sambil ngobrol sana-sini.Meski begitu, kehidupan kampung tak melulu negatif. Rasa solidaritas antar warga juga ditampilkan Hanung lewat perkelahian antara kampung. Sayang adegan perkelahian tersebut diperlihatkan terlalu lama. Di menit awal adegan tersebut terkesan brutal. Untung kemudian muncul Aming dan kawan-kawan sehingga kebrutalan berubah menjadi kelucuan. (eny/eny)