Film Single in Seoul bisa menjadi tontonan penutup akhir tahun yang menyenangkan kalau Anda menggemari sesosok rupawan bernama Lee Dong-wook. Cerita romansa yang ringan, dimainkan oleh orang-orang yang cakep, durasi yang pas, dan terutama tema yang menarik tentunya menjadi pilihan yang menarik. Meskipun Single in Seoul bukan sebuah film yang sangat spesial, tapi suguhan manis ini akan membuat Anda (terutama pecinta genre romantic comedy) terhibur.
Joo Hyeon-jin (Im Soo-jung) adalah seorang editor sebuah penerbitan. Ia sekarang sedang pusing untuk mencari satu penulis yang mau diajak bekerja sama menulis tentang pengalaman menjomblo di Seoul. Kriteria penulis ini tidak mudah. Mereka tidak hanya harus bisa menulis dengan baik, tapi juga memiliki perspektif tentang romansa yang unik. Syukur-syukur kalau mereka mempunyai kemampuan fotografi yang baik. Dan semua kriteria itu dimiliki oleh Park Yeong-ho (Lee Dong-wook).
Yeong-ho adalah seorang influencer Instagram yang memiliki banyak follower berkat foto-foto dan caption-nya yang selalu memikat. Selain menjadi influencer, ia adalah seorang guru les khusus menulis esai. Ia menikmati semua kesendiriannya. Tinggal di sebuah loft yang sangat rapi bersama kucingnya, tidak ada yang Yeong-ho sukai daripada menghabiskan waktunya sendirian. Makan di restoran sendirian, menonton bioskop sendirian, bahkan kalau bisa bekerja sendirian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Hyeon-jin dan Yeong-ho bertemu, keduanya merasa tidak cocok. Mereka bak langit dan bumi. Hyeon-jin sangat serampangan, Yeong-ho sangat terstruktur. Sementara sang perempuan gampang sekali untuk jatuh cinta, si laki-laki sebaliknya. Tapi tentu saja seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang akan terjadi di antara mereka.
Sejujurnya Single in Seoul tidak memiliki hal yang spesial. Bahkan dibandingkan dengan Love Reset yang rilis beberapa waktu silam. Untuk ukuran komedi, Love Reset jauh lebih unggul. Ia tidak hanya berhasil mempermainkan konvensi film romantic comedy, tapi juga tampil agak sedikit hot daripada film sejenis. Single in Seoul lebih mengikuti formula romantic comedy kebanyakan yang lembut dan emosional.
Lee Ji-min sebagai penulis skrip lumayan berusaha untuk membuat film ini menjadi spesial dengan memberikan porsi yang lumayan terhadap masa lalu Park Yeong-ho. Meskipun kejutan yang ditawarkan bisa terendus dari sejak flashback ditampilkan, tapi usahanya boleh diapresiasi. Humor film ini memang standar (bagian soal co-worker yang tidak pernah tahu norma sosial itu lumayan lucu), tapi suasana ringan itu membuat film ini menjadi enak untuk disimak.
Ada dua hal yang unggul dalam Single in Seoul. Yang pertama adalah permainan kedua aktor utamanya. Baik Lee Dong-wook dan Im Soo-jung mempunyai chemistry yang baik untuk membuat saya percaya dengan kehidupan mereka. Lee Dong-wook yang sempat muncul sebagai cameo dalam drama korea Im-Soo-jung yang berjudul Search: WWW tahu bagaimana berakting sesuati dengan situasi yang diinginkan adegan. Mereka terlihat lucu saat Single in Seoul ingin mengajak penonton tertawa. Dan mereka berdua bisa terlihat serasi saat film ini ingin membuat penonton terbuai dengan suasana romantis yang ia coba usung.
Satu hal lagi yang unggul (yang menjadi keunggulan film ini) adalah temanya yang menarik. Kebanyakan film romantic comedy selalu meromantisasi berpasangan. Betapa mempunyai pacar adalah goal semua orang dan harus dimiliki setiap insan. Meskipun Single in Seoul diakhiri dengan manis, tapi film ini menunjukkan bahwa menjomlo tidak selamanya sengsara. Ada keindahan sendiri dengan hidup sendiri saja. Kita bisa menikmati hidup tanpa stres, menonton film tanpa tekanan, bekerja tanpa perlu pusing. Hal inilah yang akhirnya membuat Single in Seoul menjadi tontonan yang menarik di akhir tahun: siapapun bisa menikmati kisahnya. Bahkan bagi Anda yang jomblo sekali pun.
Single in Seoul dapat disaksikan di jaringan CGV.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International
(mau/mau)