Seperti kebanyakan action zaman sekarang, plot menjadi sesuatu yang bisa di-skip. Yang penting adalah presentasi adegan aksinya. Jang Ok-ju (Jeon Jong-seo) yang merupakan tokoh utama film ini hampir tidak diberikan latar belakang sama sekali. Penonton akan tahu bahwa dia mempunyai pekerjaan yang misterius (menghajar orang) dan dia mempunyai teman bernama Choi Min-hee (Park Yu-rim). Dari konteks editing dan dialog, Ok-ju sepertinya tidak punya teman lain selain Min-hee.
Dari apartemennya yang sempit dan hubungannya yang aneh dengan kasir minimarket (berbeda dengan kasir minimarket di awal film), Ok-ju sepertinya seorang loner yang sengaja menjalani hidupnya seperti ini. Itulah sebabnya ketika Min-hee memintanya datang ke apartemennya, meskipun mereka lama tidak berinteraksi, Ok-ju langsung berangkat. Hanya saja sampai di apartemen Min-hee, ia menemukan jasad temannya itu dan surat untuk balas dendam.
Kalau Anda menonton film macam The Raid, John Wick, dan semua tiruannya, Anda bisa membayangkan apa yang terjadi dalam Ballerina. Tentu saja Ok-ju akan mencari tahu kenapa temannya bunuh diri dan apa yang menyebabkan dia mengambil keputusan ini. Penjahatnya muncul, ia diberikan karakteristik yang menjijikkan tapi tentu saja kedalaman karakternya tidak sekompleks itu. Tapi siapa yang peduli dengan itu semua? Ballerina hanya ingin menghibur para penonton film aksi dengan gebuk-gebukan dan itulah yang kita dapatkan.
Ditulis dan disutradarai oleh Lee Chung-hyun (kolaborasi keduanya dengan Netflix setelah The Call), Ballerina untungnya tahu apa yang ia ingin tawarkan. Keputusan Chung-hyun utnuk mempersembahkan film ini dengan stylish memang membuat Ballerina menjadi berbeda dengan kebanyakan film sejenis. Tapi di saat yang bersamaan, ada beberapa momen yang membuat film ini terasa dipanjang-panjangkan padahal karakter utamanya sedikit lagi sudah bisa bisa membalaskan dendamnya dengan prima. Bahkan dengan durasi 93 menit, ada beberapa momen dalam film ini yang bisa dipangkas.
Untungnya, seperti yang saya bilang di atas, Chung-hyun tahu sekali apa yang ia buat. Ballerina adalah sebuah montase keindahan tentang kekerasan yang enak dilihat. Vibe-nya seperti film kelas B yang dibuat oleh orang-orang yang sering menonton video klip dan mengidolakan film-film Nicolas Winding Refn. Ada banyak sekali visual dalam Ballerina yang terasa seperti sebuah video klip. Kalau memang emosi bukan menjadi sajian utamanya, film ini mencekoki penonton dengan lighting dan production design yang mempesona. Jeon Jong-seo sebagai karakter utama bermain dengan apik, sementara Kim Ji-hoon (yang juga bermain bersama Jong-seo dalam Money Heist: Joint Economic Area) memberikan penampilan yang mengesankan sebagai penjahat yang luar biasa menyebalkan.
Sebagai sebuah hiburan, film ini adalah tontonan yang nyaman untuk disimak. Durasinya pendek dan Anda tidak perlu tahu apa-apa untuk bisa menikmatinya. Bagi pecinta film aksi, Ballerina akan memuaskan dahaga mereka aksinya yang brutal. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, kekosongan emosi film ini terasa begitu film berakhir. Ballerina adalah sebuah hiburan yang mengasyikkan, tapi film ini tidak akan menjadi sebuah pengalaman menonton yang akan Anda ingat di masa depan.
Ballerina dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International
Simak Video "Video: Main di Spin-Off 'John Wick', Tangan Ana de Armas Sampai Melepuh"
(mau/mau)