Review Flora and Son: Drama Ibu-Anak yang Menyenangkan dan Hangat

Review Flora and Son: Drama Ibu-Anak yang Menyenangkan dan Hangat

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 29 Sep 2023 19:03 WIB
Flora and Son
(Foto: dok. Distressed Films) Adegan dalam Flora and Son.
Jakarta -

Penonton tidak akan tahu kalau Flora (Eve Hewson) adalah seorang ibu. Mukanya yang cantik, badannya yang ramping, dan kelakuannya yang serampangan sama sekali tidak menunjukkan kalau dia mempunyai anak remaja di rumah. Di pembukaan Flora and Son, John Carney sebagai penulis dan sutradara mengenalkan Flora dengan berjoget liar di klub, menggoda beberapa cowok (termasuk yang sudah punya pacar) kemudian berakhir dengan cowok bangun di tempat tidurnya. Barulah setelah Flora bilang kalau anaknya, Max (Oren Kinlan) nanti akan datang, si cowok dan penonton tahu bahwa Flora adalah ibu.

Seperti halnya film-film John Carney yang lain, Flora and Son adalah sebuah studi kasus tentang hubungan manusia-manusia yang malang. Once bercerita tentang dua orang miskin yang jatuh cinta di saat yang tidak tepat. Begin Again bercerita tentang dua orang yang kehilangan tujuan hidup. Mungkin Sing Street yang bisa dibilang terasa upbeat. Tapi kehidupan karakter-karakter utamanya pun jauh dari kata glamor. Flora and Son juga melakukan hal yang sama. Kali ini John Carney bermain di zona nyamannya dengan menempatkan karakter perempuan sebagai tokoh sentral.

Sesuai dengan judul, hubungan antara Flora dan anaknya menjadi panggung utama film ini. Melahirkan Max saat dirinya masih remaja membuat hubungan Flora dengan putranya sangat unik. Tidak ada rasa saling hormat di antara mereka. Max tidak sungkan kepada ibunya, begitu juga sebaliknya. Saat mereka berkomunikasi, mereka lebih seperti roommate atau bestie daripada ibu dan anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Max, yang tentu saja akibat hubungan kedua orang tuanya yang tidak jelas, adalah seorang trouble maker. Polisi lokal sudah berulang kali memperingatkan Max untuk berhenti ngutil atau ribut, tapi Max cuek. Kemudian suatu hari Flora menemukan sebuah gitar dan ia berniat memberikannya ke anaknya. Max menolak mentah-mentah pemberian Flora. Flora kemudian menggunakan gitar tersebut untuk dirinya sendiri dan membawanya ke Jeff (Joseph Gordon-Levitt), seorang guru les gitar dari Los Angeles yang memberinya tujuan hidup baru.

Yang selalu menarik dari film-film John Carney adalah bagaimana dia bisa membuat premis yang bisa jadi berakhir sensasional, namun tetap menyentuh tanah. Dengan karakter utama yang luar biasa bertalenta dalam bidang musik, ending Once bisa tentang dua orang miskin yang akhirnya kaya melalui musik. Sing Street juga sama. Begin Again bahkan membicarakan tentang orang-orang yang kerja di industri musik dan John Carney tetap bisa membuatnya terasa dekat dengan penonton.

ADVERTISEMENT

Flora and Son mungkin adalah filmnya John Carney yang paling menarik karena keputusan-keputusannya dalam bercerita selalu menarik. Gitar tersebut tidak membuat Flora dan Jeff langsung jatuh cinta. Atau gitar tersebut tidak serta merta langsung memperbaiki hubungan Flora dan anaknya. Bahkan sebelum gitar itu muncul di layar, musik sebenarnya sudah menjadi bagian dari hidup karakter-karakternya. Alih-alih membuat kisah tentang ibu dan anak dengan plot yang menggelegar, John Carney justru membuat saya tersenyum senang melalui momen-momen sederhana. Bagaimana pertama kali Max menunjukkan bakatnya kepada Flora. Bagaimana Flora merespons soal masalah hati anaknya. Bagaimana kedua orang tua Max merayakan bakat anak mereka. Hal-hal sederhana tersebut itu justru yang akhirnya membuat Flora and Son menjadi salah satu drama paling menyenangkan tahun ini.

Tentu saja seperti film-film John Carney yang lain, Flora and Son diisi dengan berbagai musik yang menggetarkan jiwa. Tidak ada satu pun lagu yang salah, tidak ada satu pun lagu yang mengada-ngada. Semuanya sesuai dengan konteks adegan dan tujuan Carney untuk membuat penonton makin dekat dengan karakter-karakternya. Hasilnya adalah sekumpulan musik yang begitu melekat di kepala, Anda pasti akan mencarinya begitu pulang dari bioskop.

Gretta dari Begin Again dan karakter Marketa Irglova di Once memang tokoh utama di film John Carney tapi porsi mereka terbagi dengan love interest mereka. Flora di sisi lain adalah film pertama John Carney yang saya rasa menjadi sentral ceritanya. Dan Carney menggambarkan Flora dengan begitu manusiawi, dia seperti loncat dari layar. Flora memang bukan ibu yang baik, sahabat yang pengertian atau bahkan partner yang setia. Tapi ia adalah sebuah karakter yang sangat menyenangkan untuk ditonton. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, setiap keputusan hidupnya membuat Flora and Son menjadi lebih hidup. Dan Eve Hewson sangat paham dengan tugas yang berat ini karena di tangannya Flora benar-benar mencuri perhatian.

Flora and Son memang bukan blockbuster buatan Michael Bay atau film Marvel. Secara presentasi, film ini sangat biasa saja. Tapi secara emosional, Flora and Son adalah sebuah kenikmatan duniawi yang tak terhingga. Kehangatan film ini akan menyentuh penonton, dijamin Anda akan tersenyum senang begitu meninggalkan bioskop.

Flora and Son dapat disaksikan di jaringan CGV.

---

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

Hide Ads