Dengan nama Robert Rodriguez sebagai sutradara dan penulis (bersama Max Borenstein) dan Ben Affleck sebagai pemeran utamanya, Hypnotic bisa saja menjadi salah satu thriller yang diperhitungkan kalau saja ia dirilis dua dekade yang lalu. Tanpa adanya promosi yang mumpuni atau ide yang mencuri perhatian, Hypnotic muncul begitu saja tanpa peringatan. Berita buruknya, film ini akan selalu dibanding-bandingkan dengan Inception, Looper, Scanners, dan lain-lain. Berita baiknya, Hypnotic tidak sejelek yang disebut orang-orang.
Ben Affleck di sini berperan sebagai Danny Rourke, seorang detektif yang saat ini masih belum move on dari anaknya yang hilang. Ia mencoba untuk menyembuhkan luka ini dengan konsultasi ke psikiater, tapi hasilnya masih nihil. Ketika sebuah kasus perampokan melibatkan foto anaknya dengan tulisan 'temukan Lev Dellrayne (William Fichtner)' di belakangnya, Rourke pun langsung memutuskan untuk terjun menangani kasus ini.
Di sinilah kemudian Hypnotic menawarkan inovasinya. Penyelidikan Rourke membawanya ke Diana (Alice Braga), seorang 'cenayang' yang mengenalkannya kepada konsep 'hypnotics'. Ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengontrol realita orang lain. Mereka ini bisa mengubah realita orang lain dengan apa pun yang mereka inginkan. Seperti merampok bank, membunuh diri sendiri dalam keadaan terjepit sampai memukuli orang lain. Dan para hypnotics ini sepertinya mengetahui di mana anak Rourke berada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejujurnya kehadiran Hypnotic lumayan menyegarkan di tengah-tengah musim panas yang dipenuhi dengan film-film mahal yang setiap jengkalnya mengingatkan penonton betapa raksasanya mereka (Fast X, The Flash, The Little Mermaid, dan yang akan datang seri terbaru Indiana Jones dan Mission:Impossible). Secara ide, Hypnotic menawarkan sesuatu yang unik, meskipun sayangnya berakhir menjadi tontonan medioker berkat penyutradaraan Rodriguez yang kurang prima. Dari visual, musik bahkan sampai pengadeganan semuanya terasa jadul. Hypnotic terasa seperti film yang sudah pernah tayang berkali-kali di Bioskop Trans TV.
Ada beberapa set pieces dalam film ini yang kelihatan meyakinkan dan lumayan megah. Dari adegan perampokan sampai adegan kebut-kebutan, Hypnotic sebenarnya menawarkan keseruan yang lumayan. Sayangnya, film ini hadir setelah banyak penonton menyaksikan Inception yang jauh lebih kohesif dan percaya diri. Sudah tidak ada lagi hal yang bisa membuat Hypnotic menjadi memorable.
Untungnya sebagai sebuah hiburan, Hypnotic tetap asyik untuk disimak dari awal sampai akhir. Dengan durasi yang sempurna (94 menit), film ini berhasil membuat saya tetap duduk di kursi menikmati semua kejutan-kejutan yang ada. Rodriguez dan Borenstein berhasil merangkai plot yang lumayan kompleks, Anda akan tersesat kalau Anda kehilangan dua menit saja dari film.
Bagian paling seru dari Hypnotic adalah ketika dibawa ke dalam pertanyaan apakah yang dialami Rourke adalah kenyataan atau ini semua hanya ilusi. Semakin kita terbawa ke dalam labirinnya, Hypnotic menjadi tontonan yang semakin seru. Ben Affleck sekali lagi membuktikan bahwa ia bisa menjadi komandan yang diandalkan untuk membawa penonton merasakan kebingungan yang dirasakan oleh Rourke. Hypnotic mungkin memang generik, tapi ia memiliki karismanya tersendiri untuk menjadi sebuah thriller yang menghibur.
Hypnotic dapat disaksikan di jaringan XXI.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(mau/mau)