Ada alasan kenapa Stranger Things menjadi produk Netflix yang paling disayangi. Ia berhasil menggabungkan dua hal yang menjadi mata uang di industri perfilman zaman sekarang. Ia adalah sebuah produk original tapi pada saat yang bersamaan ia menarik pasar dengan unsur nostalgia yang begitu memikat.
Idenya gila tapi tidak terlalu stange. Apa yang ditawarkan lumayan membuat penonton terkejut tapi tidak terlalu out of the box untuk membuat orang kebingungan. Singkatnya, Stranger Things mempunyai formula yang begitu paten, begitu jitu sehingga siapapun bisa menikmati serial ini bahkan kalau mereka tidak begitu tertarik dengan cerita misteri, sci-fi atau bahkan cerita keluarga. Ada banyak hal dalam Stranger Things yang bisa dinikmati oleh semua orang. Dan sejauh ini, The Duffer Brothers sebagai kreator lumayan berhasil untuk menjaga kualitas serialnya (kecuali mungkin musim keduanya yang agak membosankan) sehingga Stranger Things tetap dinanti-nanti.
Di musim keempatnya, Stranger Things tampil lebih megah dari yang sudah-sudah. Anda bisa menebak ini dari bagaimana cara Netflix merilis serial ini. Dengan total sembilan episode, Stranger Things dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama jumlahnya tujuh episode dan sisa duanya akan dirilis awal bulan Juli nanti. Selain itu, durasi episodenya juga jauh lebih 'serius' daripada sebelum-sebelumnya. Hampir semua episode Stranger Things musim keempat ini berakhir di atas enam puluh menit. Rasanya memang seperti menonton film dan bukannya serial. Dengan ensemble cast yang kompleks dan semuanya mendapatkan jatah cerita sendiri-sendiri, tidak mengherankan jika Stranger Things butuh waktu untuk menceritakan semuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim keempat Stranger Things langsung melanjutkan ending musim sebelumnya yang berakhir dengan nada sendu. Eleven (Millie Bobby Brown) yang sekarang menggunakan nama Jane di kota barunya, berusaha keras untuk berbaur dengan lingkungan sekitarnya meskipun hal ini sungguh sangat berat. Will (Noah Schnapp) bukannya tidak membantu. Tapi agak susah juga untuk membantu Eleven untuk terlihat normal kalau Will sendiri juga melebur di keramaian.
Sementara itu di Hawkins, Dustin (Gaten Matarazzo) dan Mike (Finn Wolfhard) bergabung dengan senior-senior untuk bermain game dalam sebuah klub yang diberi nama The Hellfire. Diketuai oleh Eddie (Joseph Quinn, karakter baru yang langsung mencuri perhatian dan langsung nge-blend dari awal kemunculannya) yang merupakan seorang penjual narkoba amatiran, grup ini bersenang-senang ketika semua orang menonton pertandingan basket. Kemanakah Lucas (Caleb McLaughlin)? Dia sibuk menjadi cowok populer dan hubungannya dengan Mike dan Dustin mulai menjauh. Max (Sadie Sink) juga tidak lagi nongkrong dengan Dustin dan Mike karena sesungguhnya dia masih berduka dengan kematian saudaranya di akhir musim ketiga Stranger Things.
Sementara Jonathan (Charlie Heaton) sekarang lagi sibuk nongkrong dengan Argyle (Eduardo Franco) yang merupakan penggemar ganja, Nancy (Natalia Dyer) sibuk menjadi repoerter. Steve (Joe Keery) dan Robin (Maya Hawke) masih nongkrong bareng dan sibuk dengan urusan remaja dan percintaan mereka. Sementara itu Joyce (Winona Ryder) mendapatkan informasi kalau Jim (David Harbour) bisa jadi masih hidup dan sekarang ada di Rusia. Semua orang yang sibuk dengan masalahnya ini kemudian akan bersatu ketika mereka tahu bahwa sekali lagi Hawkins dalam bahaya.
Dari semua hal yang ada dalam Stranger Things (dan percayalah, musim keempat ini sangat sibuk dengan banyak hal), yang membuat musim keempat ini agak kurang cuman satu: plot Joyce menyelamatkan Jim. Selain itu, semuanya sempurna. Meskipun plot Joyce menyelamatkan Jim tidak semembosankan itu karena The Duffer Brothers membumbuinya dengan berbagai adegan dramatis, vibe mata-mata dan semua kelucuan yang ada tapi tetap saja bagian mereka terasa sangat terpisah sekali dengan semua keramaian yang ada di Hawkins (dan juga plot cerita Eleven).
![]() |
Durasi per episodenya memang sangat berat (yang membuatnya lebih nikmat kalau ditonton sehari per-episode daripada di-binge langsung) tapi durasi yang sangat banyak tersebut dimanfaatkan yang baik oleh penulisnya karena musim keempat Stranger Things ini kita bisa mendapatkan semua cerita karakternya dengan adil. Dari momen kocak sampai momen dramatis yang terasa agak getir, semuanya ditampilkan tanpa basa-basi di sini.
Yang mungkin patut dirayakan dalam musim keempat Stranger Things ini adalah bagaimana The Duffer Brothers tidak takut-takut untuk menggambarkan persahabatan yang terasa nyata. Hubungan pertemanan antara bocah-bocah akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kita semua tumbuh dewasa dan tidak jarang kita akan menyukai atau membenci sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang dulu menjadi benang merah di antara kita mungkin sudah hilang. Dan itulah yang menjadi pembukaan yang manis dalam Stranger Things musim keempat. Anak-anak ini bukanlah bocah lagi. Mereka sudah remaja.
Mereka mempunyai masalah yang berbeda-beda. Kalau yang satu sekolah saja bisa mulai renggang, bagaimana dengan Mike dan Eleven yang terpisahkan dengan jarak? Tapi seperti halnya renggangnya sebuah hubungan, waktu juga membuat kita menemukan hal-hal baru yang menarik seperti teman baru dan persepktif baru akan hal. Menyenangkan sekali melihat Stranger Things musim keempat mengenalkan karakter-karakter barunya. Tidak hanya mereka membuat dunia Stranger Things menjadi kaya tapi mereka juga memperluas cakrawala karakter-karakter yang sudah ada.
Tentu saja daya tarik utama Stranger Things bukan di drama. Anda menonton Stranger Things untuk melihat anak-anak ini berpetualang. Siapa yang akan selamat, siapa yang akan mati dan bagaimana kabar Upside Down kali ini. Kalau musim ketiganya merupakan sebuah body horror dengan gambar-gambar yang tidak menyenangkan karena terlihat sangat menjijikkan, musim keempat Stranger Things ini adalah sebuah slasher dengan Nightmare on Elm Street sebagai referensi utamanya. Kalau menurut Anda Demogorgon menurut Anda sudah menyeramkan, tunggu sampai Anda melihat Vecna.
Seperti yang saya jelaskan di awal, The Duffer Brothers tahu sekali bagaimana mempersembahkan sesuatu yang fresh tapi terasa nostalgic pada saat yang bersamaan. Vecna menyerang korbannya dalam keadaan tidak sadar (sangat Freddy Krueger) dan terornya sangat menyeramkan. Salah satu highlight dari teror Vecna ada di episode empat berjudul Dear Billy. Tidak hanya kita mendapatkan sebuah momen lembut yang lumayan dramatis, terornya juga sangat menjelaskan kenapa Stranger Things selalu ditunggu.
Dengan jeda yang lumayan lama dari musim sebelumnya, musim keempat Stranger Things sama sekali tidak mengecewakan dari segi presentasi karena audio visualnya sangat megah. Musiknya sangat mendukung suasana dan gambarnya sungguh memukau. Kabarnya Netflix mengeluarkan bujet sampai 30 juta per episode untuk musim keempat Stranger Things ini dan hasilnya memang menjelaskan kemegahan itu. Ditonton di layar TV yang besar serial ini ada alasan kenapa Netflix merilisnya di musim panas.
Saya yakin banyak orang yang kecewa karena Netflix sengaja memotong musim keempat Stranger Things ketika dia lagi seru-serunya. Saya tidak kecewa sama sekali. Ini justru membuat saya semakin penasaran dengan dua episode terakhir musim keempat Stranger Things. Diakhiri dengan sebuah plot twist yang menggigit, Stranger Things adalah blockbuster yang layak ditunggu-tunggu.
Stranger Things dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dal/dal)