Medio akhir 90-an dan awal millenium, Asia dan terutama Jepang sempat menjadi importir film-film seram. Judul seperti The Eye, Shutter, The Ring, Pulse, One Miss Call, Dark Water, A Tale of Two Sisters sampai Ju:On menjadi judul-judul yang dicari oleh para penggemar film penggedor jantung.
Berkat kepopulerannya pun judul-judul di atas mendapatkan jatah adaptasi Amerikanya. Beberapa adaptasi tersebut berhasil menjadi sumber teror (The Ring dan The Grudge) tapi banyak juga di antara remake tersebut gagal total (Pulse, Shutter, The Eye, Dark Water).
Di antara judul-judul tersebut mungkin The Grudge yang paling berhasil menjadi pundi-pundi dollar bagi Hollywood. Diadaptasi dari Ju:On, serial The Grudge diproduksi sebanyak tiga judul dan satu judul reboot modern yang dirilis tahun ini.
Melihat ini, sepertinya Netflix sadar bahwa peminat hantu bocah dan hantu perempuan kulit putih dan rambut pucat masih diminati. Dan karena itulah Ju:On Origins hadir.
Ju:On Origins mengisahkan cerita yang berbeda dengan serial Ju:On meskipun intinya sama. Serial dengan 6 episode ini menyatakan bahwa Ju:On adalah sebuah film yang terinspirasi oleh sebuah kisah nyata dan serial ini mencoba menceritakan kisah tersebut.
Kita bertemu dengan Haruka Honjo (Yuina Kuroshima) yang mendengar suara orang jalan kaki di rumahnya. Dia kemudian konsultasi dengan paranormal/penulis cerita misteri Yasuo Odajima (YosiYosi Arakawa) tentang masalahnya.
Mengikuti tradisi storytelling Ju:On yang agak njelimet, serial ini juga menceritakan kisah-kisah lain yang berhubungan dengan rumah berhantu yang penuh teror tersebut. Satu demi satu kisah kisah ini berhubungan dan akhirnya membawa kita ke sebuah misteri kenapa rumah yang selama ini kita kenal tersebut menjadi sumber teror.
Ditulis oleh Hiroshi Takahashi dan Takashige Ichise, Ju:On Origins tidak sesederhana yang Anda bayangkan. Meskipun durasinya hanya setengah jam per episodenya tapi duo penulisnya mengisi durasi tersebut dengan berbagai macam hal yang akan membuat penonton masuk ke dalam labirin.
Dengan timeline yang berbeda-beda dan karakter-karakter yang mempunyai misi masing-masing, kadang agak membingungkan kita menyaksikan cerita siapa. Apalagi penulis skripnya sama sekali tidak ada keinginan untuk menjelaskan keanehan yang terjadi.
Karakter bermunculan kemudian pergi. Karakter baru kadang muncul tanpa aba-aba. Sementara karakter yang sudah kenal kadang kita sudah ketahui nasib buruknya melalui footage berita di televisi.
Kebingungan ini ternyata justru menambah sedap kengerian serial ini. Penceritaan yang agak ruwet ini membuat saya menjadi ekstra waspada untuk bisa fokus terhadap cerita yang disajikan. Dan kewaspadaan inilah yang digunakan penuh oleh pembuat Ju:On Origins untuk menebar teror.
Tentu saja makhluk halus adalah daya tarik utama Ju:On Origins. Mereka adalah alasan kenapa seri ini tetap dicari meskipun dia terus dibuat. Tapi dalam Ju:On Origins kengerian tidak berhenti pada kemunculan hantu.
Hantu justru hanya puncak gunung es yang ada dalam serial ini. Dalam Ju:On Origins penonton diingatkan bahwa kadang manusia lebih kejam dari setan. Saking kejamnya saya merasa seharusnya Netflix menaruh peringatan di setiap awal episodenya.
Adegan pemerkosaan, penyiksaan terhadap anak-anak, kekerasan dalam rumah tangga sampai adegan mutilasi dipertontonkan dengan secara vulgar tanpa tedeng aling-aling. Efeknya memang powerful. Tanpa ada hantu pun Ju:On Origins menjadi teror tanpa niatan untuk rehat.
Baca juga: A Whisker Away: Suka Duka Menjadi Kochenk |
Uniknya, meskipun serial ini menebar kecemasan dengan konsisten dari awal sampai akhir, saya tidak merasa kelelahan. Karena durasinya yang sangat bersahabat, saya terus-terusan menonton Ju:On Origins sampai episode terakhir. Misteri yang ditebar oleh pembuatnya layak untuk diselesaikan dalam satu kali tonton. Yang menarik untuk dicatat adalah presentasi audio visual Ju:On Origins yang sangat optimal.
Nuansa dan visual serial ini sama persis dengan nuansa 90-an yang ada di film Jepang aslinya. Hal tersebut membuat kisah dalam Ju:On Origins terasa sangat otentik. Penggunaan footage berita sebagai salah satu plot device juga membuat kisah ini jadi terasa nyata.
Kalau Anda penggemar seri Ju:On, serial ini jangan dilewatkan. Bagi pecinta horor, serial ini jangan dilewatkan. Tapi siapkan jantung untuk menyaksikannya. Ju:On Origins dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(nu2/nu2)