Di Amerika, dengan harga tiket lumayan mahal, filmnya sendiri tayang terbatas. Maka ketika Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia yang kebagian tayang di jaringan CGV, saya takkan melewatkan untuk menyantap ini di layar lebar.
Suatu ketika Zak (Zack Gottsagen ) bermimpi jadi pegulat profesional karena kerap menonton aksi The Salt Water Redneck (Thomas Haden Chruch), pegulat profesional lawas. Di kamar yayasannya, hanya ada video sang pegulat sebagai hiburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Well, Zak adalah pria berkebutuhan khusus yang berusia 22 tahun. Seperti pada umumnya, pemuda umur segitu memang sedang hot-hotnya merancang mimpi ke depan.
"Aku bukan orang tua, bahkan umurku masih 22 tahun, lalu kenapa aku di sini?," begitu polosnya protes Zak ketika dicecar sang pengawas manisnya, Eleanor (Dakota Johnson) soal mengapa ingin kabur terus dari yayasan.
Tapi bisa apa Zak. Karena tak punya keluarga dan terpaksa hidup di panti jompo, hidupnya sungguh monoton. Ia pun memikirkan cara bagaimana kabur dari panti. Apapun caranya.
Dari membuat seorang nenek pura-pura tersedak sampai mengakali tralis besi akan ia lakukan. Suatu hari rencananya berhasil.
![]() |
Zak kemudian bertemu dengan Tyler (Shia LaBeouf), seorang nelayan yang hidup miskin sampai-sampai harus mencuri keranjang kepiting dari nelayan bengis lain. Ujungnya jelas Tyler jadi buronan karena bikin ulah pula membakar lahan dan keranjang kepiting rivalnya.
Pertemuan Zak dan Tyler terbilang kocak. Zak yang lari nyaris telanjang menyelinap ke kapal bobrok Tyler. Kala Tyler dikejar-kejar oleh Duncan, nelayan bengis yang ingin menghabisinya, Zak berada dalam kapal itu sembari menahan muntah.
Dari sini, perjalanan mereka dimulai. Zak ingin ke sekolah gulat di Ayden dengan meminta pertolongan Tyler. Tyler yang kehilangan kakak (diperankan Jon Bernthal) awalnya skeptis. Tapi ia justru merasakan ada kehangatan yang ia rasakan dulu dengan saudara kandungnya kala bercanda dengan Zak, difabel yang punya tekad kuat menjadi pegulat.
Tyler merasa punya keluarga. Begitupun dengan Zak yang memang sebatang kara karena dibuang keluarganya karena kekurangannya.
Belum lagi ketika Eleanor datang. Seru dan hangatnya drama ini semakin terasa. Sebagai pengawas Zak di yayasan yang diancam atasan karena anak asuhnya kabur, ia kelimpungan mencari Zak ke sana ke mari.
Cerita makin seru ketika Eleanor terjebak dalam perjalanan Zak-Tyler ke Ayden untuk bertemu sang pegulat legendaris. Kisah yang ditampilkan dua sutradara yang juga sekaligus penulis naskah, Tyler Nilson & Michael Schwartz sebenarnya amat sangat sederhana.
Tapi karena kesederhanaan itu justru bikin film ini istimewa. Saya sudah lama tak melihat drama yang begitu warm dan solid seperti The Peanut Butter Falcon. Zack Gottsagen adalah bintang dari drama keluarga ini.
![]() |
Zack Gottsagen (Bulletproof/2012) yang memang pengidap down syndrome betulan adalah alasan mengapa film ini begitu bernuansa warm. Sejak opening scene, kita tahu bahwa Zak magnetis. Caranya kabur demi mengejar mimpi bikin kita tertawa, tapi tidak dengan mengejek.
Dengan kondisinya, tentu bukan hal mudah menghapal dialog. Tapi Zack Gottsagen mampu mulus dan natural dalam beradegan dengan aktor-aktor macam LaBeouf dan Johnson.
Chemistry ketiganya benar-benar terbangun secara natural. LaBeouf yang memang sedang meredup setelah main di 'Fury' (2014) tampil oke di sini. Keseruannya kala menjadi buron dan relationship khususnya dengan Zak dalam film membuat Anda akan terus tersenyum sepanjang duduk di teater.
Dan saya sungguh cekikikan bahagia ketika berucap 'Ohhh...' manakala baru tahu apa alasan judul film ini diberi nama 'The Peanut Butter Falcon'. Menikmati pentas petualangan Zack bareng LaBeouf dan Johnson adalah menemukan slot yang hilang ketika kita dibombardir banyaknya genre-genre film yang itu-itu saja di masa kini.
Jika Anda bosan menyaksikan film aksi tanpa isi, atau superhero yang memang menyenangkan tapi belakangan terasa hambar, maka menonton 'The Peanut Butter Falcon' adalah penebusan dahaga yang berharga.
(kmb/mau)