Kalau Anda mencintai film-film romantic comedy seperti 'Sweet Home Alabama', '27 Dresses', 'How To Lose A Guy in 10 Days' atau bahkan 'Maid in Manhattan', maka Anda akan menyukai 'Second Act'. Seperti halnya 'Maid in Manhattan', 'Second Act' diperankan oleh Jennifer Lopez yang bersinar seperti biasanya.
Jika Anda tidak menikmati kedua hal tersebut, sepertinya susah bagi Anda untuk menikmati film ini. Karena film ini didesain untuk membuat pecinta rom-com tersenyum riang di dalam bioskop.
Dalam film ini kita menyaksikan Maya Vargas (Jennifer Lopez) yang bekerja sebagai asisten manajer toko swalayan. Meskipun umurnya sudah 40 tahun tapi Maya tetap cantik dan sangat, sangat profesional dalam pekerjaannya. Dia terlihat tahu benar apa yang dia ucapkan. Dia bisa menjalankan swalayan tersebut dengan mata tertutup. Dan itulah yang sedang ingin ia sampaikan ke bosnya: jadikan Maya sebagai manajer.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari Maya langsung menjadi mendung. Tapi hari itu kekasihnya, Trey (Milo Ventimiglia), merayakan ulang tahunnya dan terus-terusan menyatakan bahwa dia adalah wanita terhebat yang pernah ada. Apapun dia bisa lakukan. Penonton sudah langsung tahu bahwa Trey jatuh cinta setengah mati dengan Maya. Masalahnya adalah Trey menginginkan anak dan Maya sepertinya tidak ingin.
Kemudian sebagai hadiah ulang tahun, sahabatnya, Joan (Leah Remini, mencuri perhatian), memberikan hadiah Maya sebuah identitas baru. Maya dibuatkan sosial media dan website sebagai Maya yang berpendidikan dan mempunyai pengalaman kerja yang bombastis. Dia bahkan membuat jadwal wawancara dengan perusahaan kosmetik terkenal sebagai konsultan. Maya tahu bahwa ini semua bukan diri dia aslinya meskipun interviewnya berjalan dengan sangat mulus.
Keesokan harinya Maya mendapatkan panggilan untuk menerima pekerjaan tersebut. Dia bingung, mau menerimanya atau menolaknya. Dan Joan, sahabatnya, mengatakan bahwa Maya ditakdirkan untuk pekerjaan ini. Akhirnya masuklah Maya ke sebuah dunia yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
![]() |
'Second Act 'adalah sebuah film yang sangat bisa ditebak. Anda bisa menebak dari awal bahwa kebohongan yang dilakukan oleh Maya akan terbongkar sebelum film berakhir dan sebelum film ditutup Maya akan belajar dari kesalahannya dan berubah menjadi orang yang lebih baik dari yang sudah-sudah. Sepahit-pahit apapun masalah hidupnya, sebelum film selesai Maya akan diterima lagi oleh Trey dan mereka akan hidup bahagia selama-lamanya.
Tidak ada yang salah dengan ramuan romantic comedy tersebut. Ramuan tersebut sudah terbukti paten dan membuat banyak penonton mencintai genre ini dengan sepenuh hati. Meskipun banyak elemen yang ada di layar tidak meyakinkan atau too good to be true (seperti misalnya bagaimana bisa perusahaan seperti itu tidak melakukan background check terhadap karyawannya atau bagaimana bisa seorang consultant yang gajinya ratusan ribu dollar per tahun dan mendapatkan apartemen megah di Manhattan tetap naik subway kemana-mana), romantic comedy tetap banyak peminatnya.
![]() |
Karena apa? Karena genre ini dimaksudkan untuk menjadi comfort food. Romantic comedy adalah film yang didesain untuk membuat hati penontonnya bahagia. Anda tidak perlu fokus 100% untuk menyaksikan film seperti 'Second Act'.
Anda tidak perlu konsentrasi sekeras Anda menonton film-filmnya Christopher Nolan. Yang film perlukan adalah adegan make-over (ada), karakter utama yang relatable dan cantik setiap adegan tapi tidak membuat penontonnya benci dengan apapun yang dia lakukan meskipun banyak hal adalah kesalahan (ada dan Jennifer Lopez semakin menggigit) dan love interest yang menarik secara fisik dan karakteristik yang hanya ada di film-film ini seperti sabar, penurut, penuh cinta dan tidak neko-neko (alhamdulilah untuk Milo Ventimiglia).
Sayangnya penulis Elaine Goldsmith-Thomas dan Justin Zackham sepertinya kebingungan setelah karakter Maya masuk ke dalam dunia bekerja. Alih-alih membuat filmnya menjadi lebih fokus terhadap pekerjaan ala 'The Devil Wears Prada' atau bahkan 'Morning Glory', 'Second Act' berubah menjadi sebuah drama cengeng tentang artinya keluarga dan bonding antara ibu dan anak.
![]() |
Subplot ini memang tidak mengganggu-mengganggu amat tapi lack of focus ini membuat 'Second Act' yang tadinya berpotensi menjadi klasik berubah menjadi film romantic comedy yang begitu saja.
Untungnya film ini tahu kekuatan utamanya. Dan kekuatannya ada di tangan Jennifer Lopez. Film ini sepertinya didesain khusus untuknya. Lengkap dengan fakta bahwa karakternya berasal dari Bronx.
Lopez dalam Second Act sangat memanjakan mata dan sangat relatable. Apa yang dia lakukan membuat penonton jatuh hati kepadanya. Setiap keputusan yang ia ambil rasa-rasanya pintar. Dan ketika dia jatuh cinta dengan cowok ganteng, penonton ikutan meleleh. Bukankah itu yang Anda cari dari sebuah film romantic comedy?
'Second Act' tayang di jaringan CGV dan Cinemaxx