'Instant Family': Mencari Makna Keluarga di Balik Tawa

Hot Review

'Instant Family': Mencari Makna Keluarga di Balik Tawa

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 25 Jan 2019 12:27 WIB
Foto: instant Family (imdb.)
Jakarta -

Kalau Anda bilang bahwa penulis skrip komedi seperti We're The Millers, Hot Tub Time Machine, She's Out of My League, Horrible Bosses 2 dan sutradara dua film Daddy's Home suatu hari akan membuat sebuah komedi keluarga yang menyentuh, mungkin saya tidak akan percaya dengan kata-kata Anda. Tapi itulah yang terjadi.

Sean Anders (dengan John Morris sebagai co-writer) mempersembahkan sebuah komedi keluarga yang ternyata mempunyai hati yang begitu besar, penonton akan terbuai dengan drama mereka.

Pete (Mark Wahlberg) dan Ellie (Rose Byrne) adalah sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Mereka bekerja di bidang properti. Fixer upper bahasa kerennya. Mereka membeli sebuah properti bobrok kemudian mendandaninya menjadi bagus sehingga ketika dijual lagi harganya bisa menjadi mahal. Mereka hidup sederhana dan berbahagia. Sampai akhirnya adik Ellie membahas soal bahwa Pete dan Ellie tidak akan punya anak.

'Instant Family': Mencari Makna Keluarga di Balik TawaFoto: instant Family (imdb.)



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ellie, yang memang mencintai tantangan, menerima tantangan ini dengan membuka situs adopsi. Pete yang tadinya tidak pernah memikirkan alternatif mempunyai anak terpaksa mengikuti keinginan istrinya. Dan mereka berdua pun akhirnya bertemu dengan Karen (Octavia Spencer) dan Sharon (Tig Notaro), dua orang pekerja sosial yang membimbing orang tua untuk mengadopsi anak.

Mengadopsi anak ternyata tidak mudah. Itulah yang ditekankan oleh Karen dan Sharon. Akan ada banyak alasan dan kejadian yang akan membuat banyak orang tua asuh memilih untuk tidak melanjutkan proses adopsi mereka. Karen juga menambahkan bahwa biasanya para orang tua memilih anak-anak kecil dibanding para remaja. Dan itulah yang Pete dan Ellie saksikan saat mereka pergi ke acara orientasi.

Entah mengapa hati mereka berdebar saat mereka bertemu dengan Lizzie (Isabela Moner), gadis 15 tahun yang terlihat lincah dan pintar. Pete dan Ellie pun menginginkan Lizzie untuk diadopsi. Karen kemudian memberi tahu mereka berdua bahwa Lizzie mempunyai dua adik, Juan (Gustavo Quiroz) dan Lita (Julianna Gamiz). Dan jika mereka berdua masih tertarik untuk mengadopsi Lizzie, Pete dan Ellie harus mengadopsi tiga-tiganya. Ketika Pete dan Ellie setuju dengan ini, hidup mereka berubah selama-lamanya.

'Instant Family': Mencari Makna Keluarga di Balik TawaFoto: instant Family (imdb.)



Pada mulanya Instant Family bermain seperti layaknya komedi-komedi yang pernah ditulis atau disutradarai Anders. Jokes-jokesnya meluncur dengan cepat dan one liners yang kocak-kocak terus muncul tanpa kendali. Beberapa humornya agak classy tapi kebanyakan tetap rusuh seperti khas Anders. Secara sekilas, Instant Family tidak ada bedanya dengan film-film Anders seperti Daddy's Home.

Kemudian film berjalan dan kita menyaksikan Pete dan Ellie bertemu dengan tiga calon anak adopsinya. Begitu tiga anak ini masuk ke dalam kehidupan mereka, tone film menjadi berubah. Humor-humor Anders memang masih bermunculan tanpa henti. Tapi kali ini penonton bisa relate atau trenyuh dengan niat baik dua tokoh utama kita yang berusaha keras untuk menjadi orang tua. Seperti halnya pekerjaan Pete dan Ellie sebagai fixer upper properti, menyaksikan mereka me-make-over tiga anak adopsinya ternyata menjadi sebuah bahan drama yang tidak hanya kocak tapi juga kadang kala sangat menyentuh.

'Instant Family': Mencari Makna Keluarga di Balik TawaFoto: instant Family (imdb.)



Sebagai sebuah film drama yang entertaining Sean Anders cukup berhasil menyeimbangkan unsur menghibur tanpa harus menyembunyikan realita bahwa dunia foster care sangatlah menyedihkan. Apa yang ditampilkan Sean Anders di film ini memang masih jauh dari realita aslinya dan terasa masih sangat vanilla, tapi itu pun sudah cukup membuat penonton trenyuh dan mungkin meneteskan beberapa air mata.

Sean Anders tidak malu-malu untuk menunjukkan betapa kejam perpisahan antara anak dan orang tua kandung. Betapa kesepiannya rasa seorang anak yang harus hidup berpindah-pindah karena orang tua kandung mereka tidak mampu untuk menjaga mereka. Bagaimana sakitnya harus menjadi dewasa karena terpaksa. Dan isabela Moner, Gustavo Quiroz dan Julianna Gamiz berhasil menggambarkan ini dengan baik. Yang lebih keren adalah mereka tahu bagaimana menyampaikannya dalam frame komedi.

Mark Wahlberg dan Rose Byrne juga sangat pas dipasang sebagai suami istri dalam film ini. Mereka tidak hanya mempunyai chemistry yang baik tapi mereka juga terlihat sangat meyakinkan sebagai orang tua yang baik-baik. Dan mereka berdua mempunyai comedic timing yang bagus sehingga kebanyakan jokes yang ditulis oleh Anders dan Morris tersampaikan dengan baik. Menyaksikan mereka kelelahan, frustasi, marah tapi tidak bisa diluapkan karena yang dihadapi adalah anak-anak kecil membuat Instant Family menjadi sebuah family drama yang sangat mudah untuk disukai.

Jika Anda ingin menonton komedi yang bisa ditonton seluruh keluarga dengan cerita yang menyenangkan, humor yang baik, dimainkan oleh para pemain yang super, film ini adalah untuk Anda. Instant Family akan mengajak Anda tertawa kemudian ingin memeluk orang tua Anda di rumah.

(ken/ken)

Hide Ads