Ingat 'Black Panther' yang dirilis awal tahun ini? Betapa dahsyatnya film Marvel yang satu itu sehingga Anda langsung mencoba mencari tahu siapa sutradara yang berhasil menciptakan Wakanda dengan begitu nyata. Dia adalah Ryan Coogler. Sebelum 'Black Panther', Coogler 'hanya' punya dua film panjang yang membuat Marvel langsung menghubunginya: 'Fruitvale Station' dan 'Creed'.
Kepiawan Coogler bisa dilihat dari betapa menyentuhnya 'Fruitvale Station'. Bagaimana cara dia mengatur drama dengan efektif. Tapi kemampuannya yang paling menakjubkan adalah bagaimana cara dia membuat sebuah franchise tentang seorang petinju yang sudah lama mati, akhirnya lahir kembali. 'Creed' adalah apapun yang dibutuhkan Stallone untuk membuat karakternya, Rocky Balboa, kembali berjalan-jalan di layar perak. Coogler tidak hanya mampu menginjeksikan nyawa baru bagi serial ini tapi juga berhasil membuatnya kembali relevan di mata para millenials. Salah satu faktor yang mendukung hal ini adalah penampilan prima Michael B. Jordan sebagai 'Adonis Creed'.
Dalam 'Creed II', Michael B. Jordan masih menunjukkan kemampuan akting yang prima. Tanpanya 'Creed II' tidak akan berhasil mencapai level emosional yang ia capai sekarang. Adonis Creed sekarang berada di puncak piramida. Dia dianugrahi gelar sebagai petinju terbaik kelas berat. Hubungannya dengan si pacar, Bianca (Tessa Thompson, tetap magnetik dan mencuri perhatian), makin serius. Karier bernyanyi Bianca juga terlihat makin bersinar. Hubungannya dengan Rocky juga tetap hangat. Dan ibunya, Mary Anne (Phylicia Rashad, fantastik), sangat suportif dengan apapun yang dilakukan Adonis. Intinya adalah tidak ada mendung di dunia Adonis Creed saat ini.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adonis, seperti yang kita tahu, punya masalah dengan emosi. Ia memilih tinju karena ia sepertinya marah terhadap dunia dan tentu saja father issues yang tidak akan pernah terselesaikan karena ayahnya meninggal bahkan sebelum ia sempat berkenalan. Kini ia melihat wajah anak dari orang yang bertanggung jawab atas kematian bapaknya. Adonis tidak mempunyai pilihan lain selain mengiyakan tawaran untuk bertanding.
Ditulis oleh Juel Taylor dan Sylvester Stallone sendiri, 'Creed II' bukanlah sebuah film yang buruk. Untuk sebuah sekuel ini adalah sebuah pencapaian yang cukup apik mengingat betapa banyaknya sekuel yang akhirnya tampil letoy. Tapi tetap saja, jika dibandingkan dengan film pertamanya, 'Creed II' terasa seperti sebuah adik tiri yang kurang bersinar. Film ini kurang elemen mengejutkan yang terjadi di film pertamanya. 'Creed II' berjalan dengan begitu aman sehingga Anda mungkin bisa menebak step by step yang terjadi selama 130 menit film ini berjalan. Semuanya terasa mudah, semuanya gampang ditebak. Ini karena plot yang ada di 'Creed II' terasa begitu familiar.
![]() |
Taylor dan Stallone berusaha keras untuk membuat Viktor Drago tidak hanya menjadi rival yang sepadan untuk Adonis Creed tapi juga manusia yang sama-sama rapuhnya. Hanya saja, porsi yang tampil di layar kurang seimbang jika dibandingkan dengan kisah Adonis. Fragmen-fragmen yang ditunjukkan Taylor dan Stallone memang menjanjikan tapi hal tersebut tidak cukup.
Steven Caple Jr. memang bukan Coogler. Hal ini bisa terlihat dengan begitu konvensionalnya film ini berjalan. Film ini bermain dengan sangat aman. Jika Coogler senang dengan tantangan dan hal-hal yang berbau dramatis (subplot Rocky kena kanker di 'Creed' adalah salah satu keputusan jenius untuk menjadikan Balboa sebagai manusia), Caple Jr. bermain di zona nyamannya.
![]() |
Meskipun begitu, 'Creed II' tetap merupakan sebuah sekuel yang cukup patut ditonton. Caple Jr. sanggup menyajikan sebuah drama yang menarik dan asyik untuk ditonton. Tentu saja ia berhasil membuat pemeran karakter utamanya tampil bersinar. Yang mengejutkan justru Caple Jr. bisa membuat karakter over the top seperti Ivan Drago terasa seperti manusia yang nyata.
Jika Anda menonton 'Rocky IV', Anda akan menyaksikan robot yang berjalan. Di sini ia terasa nyata, lengkap dengan masalah-masalah hidup lainnya. Pertemuan pertama antara Ivan Drago dan Rocky Balboa adalah salah satu highlight ini. Anda bisa merasakan ketegangan dan dendam di antara keduanya tidak melakukan apa-apa selain duduk dan berbicara.
![]() |
Membahas serial 'Rocky' tanpa membahas sekuens montage sama saja seperti memasak nasi goreng tanpa garam. Dalam 'Creed II', Anda akan menyaksikan betapa sinematik sekuens montage yang dihadirkan oleh Caple Jr. Kamera Kramer Morgenthau mengikuti gerak Michael B. Jordan dengan sempurna. Dengan pemandangan yang sungguh-sungguh Instagramable, sekuens montage dalam Creed II terasa seperti iklan Adidas x iPhone. Sungguh melenakan.
'Creed II' diakhiri dengan sebuah ending yang memuaskan setelah klimaks yang menguras energi. Bagi Anda yang mengikuti perjalanan Rocky Balboa dari film pertamanya, 'Creed II' jelas sebuah tontonan yang tidak bisa dilewatkan. Bagi Anda yang baru "mencicipi" dunia tinju melalui 'Creed', film ini juga patut ditonton karena meskipun film ini belum sampai di level film pertamanya, ini tetap sebuah sekuel yang menyenangkan untuk dilahap. 'Creed II' membuktikan bahwa dibutuhkan hati yang besar untuk menjadi seorang juara.