'Bohemian Rhapsody': Seseorang untuk Dicintai

Hot Review

'Bohemian Rhapsody': Seseorang untuk Dicintai

Candra Aditya - detikHot
Rabu, 31 Okt 2018 10:37 WIB
Foto: Dok. Twentieth Century Fox Film Corporation
Jakarta -

[Gambas:Video 20detik]



Yang menarik dari film 'Bohemian Rhapsody' ternyata justru bukan isi filmnya. Sama sekali bukan. Yang menarik dari film ini adalah justru cerita di balik layar.

Tentang bagaimana sutradara seterkenal Bryan Singer (sutradara 'X-Men', 'X2', 'X-Men The Day of the Future Past' dan 'X-Men Apocalypse' yang tidak tertolong itu) dipecat dari produksi dan diganti oleh sutradara lain bernama Dexter Fletcher. Meskipun nama sutradara yang ada di layar adalah nama Singer, tapi Fletcher-lah yang menyelesaikan 'Bohemian Rhapsody'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi ternyata drama di balik layar bukan satu-satunya faktor yang membuat 'Bohemian Rhapsody' terasa membosankan, kalau mau menghindari kata cetek. Skrip yang ditulis oleh Anthony McCarten begitu standar sehingga film ini akan terasa seperti film tentang band-band kebanyakan kalau tidak ada lagu-lagu Queen yang diputar.

'Bohemian Rhapsody': Seseorang untuk DicintaiFoto: Dok. Twentieth Century Fox Film Corporation


Ceritanya sesederhana ini: seorang pemuda bernama Farrokh Bulsara (Rami Malek) meminta kepada Brian May (Gwilym Lee) dan Roger Taylor (Ben Hardy) untuk menjadi vokalis band mereka. Tentu saja mereka menolak Farrokh, yang nantinya akan menjadi Freddie Mercury, untuk menjadi vokalis mereka karena bentuk fisik Farrokh yang tidak menarik. Sampai akhirnya Farrokh berubah menjadi Freddie dan menunjukkan caranya menjadi raja-raja.

Dengan John Deacon (Joseph Mazzello), mereka berempat akhirnya menjadi Queen. Mereka membuat lagu, mereka terkenal dan Freddie Mercury membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia bukanlah pecundang. Kemudian Freddie Mercury tersadar bahwa ia seorang biseksual. Hal yang membuat Mary (Lucy Boynton) bersedih hati.

Freddie kemudian bertemu dengan Paul (Allen Leech) yang memperkenalkannya kepada narkoba dan juga para lelaki. Freddie kemudian terkena star syndrome dan mulai kehilangan teman-temannya karena egonya sendiri. Teman-temannya pun meninggalkannya dan Freddie sekarang kesepian.

Apakah ini terasa familiar? Ya. Karena hampir setiap film tentang musik selalu mempunyai template yang sama. Ini agak menggelikan sekaligus menyedihkan karena pembuat film ini punya banyak materi yang bisa diolah. Queen adalah salah satu band rock n roll paling legendaris yang pernah ada. Ia melawan tren.

Ia mendobrak konvensi. Ia menjadikan musik sebagai sebuah escapism yang tak tergantikan. Freddie Mercury menjadi seorang sex god dan mendobrak norma. Ia membuat aksi panggung terasa intim sekaligus tabu. Dan pembuat filmnya memutuskan membuat biopiknya sestandar ini? Sungguh-sungguh mengecewakan.

'Bohemian Rhapsody': Seseorang untuk DicintaiFoto: Dok. Twentieth Century Fox Film Corporation



Rami Malek adalah satu-satunya hal yang terbaik dalam film ini. Tanpanya 'Bohemian Rhapsody' tak akan tertolong. Aktor yang berdarah Mesir ini tidak hanya mampu menjelma menjadi Freddie Mercury tapi ia mampu untuk menelan materi yang lemah ini menjadi sesuatu yang terasa bigger than life. Semua perasaan yang dirasakan oleh Freddie diterjemahkan dengan baik melalui ekspresi mukanya. Bahkan dengan gigi prostetik yang ia pakai, Freddie terasa seperti hidup kembali. Malek yang katanya juga melatih gerak tubuhnya dengan movement coach menunjukkan bagaimana seorang rockstar beraksi. Ketika dia menggoyangkan tubuhnya di panggung, layar bergetar saking hebatnya.

Satu-satunya momen menyenangkan dan tidak klise dari 'Bohemian Rhapsody' adalah ending filmnya. Dibungkus di sebuah konser Live Aid, Bohemian Rhapsody menunjukkan keperkasaan Queen dengan 20 menitan permainan Queen di konser tersebut. Kita menyaksikan bagaimana mereka beraksi dan respon para penggemarnya.

Beruntung sekali 'Bohemian Rhapsody' mengusung Queen yang mempunyai lagu-lagu legendaris yang tidak lekang dimakan waktu. Ketika lagu-lagu Queen diputar, seketika adegan-adegan di layar menjadi lebih hidup. Suasana menjadi lebih meriah. Dan Anda lupa bahwa film ini mempunyai cerita yang terlalu konvensional. Sayangnya, ketika lagu-lagu tersebut dan kita harus dihadapkan dengan konflik yang terlalu familiar, semua keriaan ini musnah. Ini adalah hal yang sangat disayangkan. Terutama ketika film yang sedang Anda tonton bercerita tentang seorang dewa bernama Freddie Mercury.


(doc/doc)

Hide Ads