Ant-Man and the Wasp: Jangan Sepelekan Yang Ukurannya Kecil

Ant-Man and the Wasp: Jangan Sepelekan Yang Ukurannya Kecil

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 07 Jul 2018 10:39 WIB
Foto: Ant-Man (ist)
Jakarta - Dirilis setelah kegemilangan Black Panther dan kemeriahan Infinity War jelas bukan timing yang bagus untuk Ant-Man and the Wasp, sekuel pertama dari film Ant-Man yang dirilis tiga tahun lalu. Fakta bahwa Ant-Man bukanlah superhero yang iconic juga membuatnya menjadi terkesan seperti film superhero kelas dua. Tapi setidaknya tiga tahun lalu Peyton Reed dan kawan-kawan membuktikan bahwa kita harusnya tidak meremehkan superhero satu ini, meskipun namanya terdengar asing.

Ant-Man and the Wasp dibuka dengan sebuah prolog dimana Hank Pym (Michael Douglas) dan Janet van Dyne (Michelle Pfeiffer) pamitan kepada Hope kecil (Madeleine McGraw). Mereka bilang bahwa mereka sedang ada trip bisnis padahal sesungguhnya mereka sedang melakukan aksi-aksi superhero: menyelamatkan banyak orang. Aksi mereka menyebabkan hilangnya Janet ke dunia microscopic quantum. Hank pulang dan mengatakan bahwa ibu Hope sudah meninggal dunia. Dan Hope pun terus berduka.

Sebuah opening yang efektif mengingat Ant-Man and the Wasp didedikasikan untuk membuat Hope (Evangeline Lily) menjadi pusat cerita. Setelah dikritik oleh banyak orang di film pertamanya bahwa Hope yang jauh lebih cerdas, lebih berbakat dan lebih kuat ternyata hanya berfungsi sebagai sidekick; lima penulis Ant-Man and the Wasp (Chris McKenna, Erik Sommers, Paul Rudd, Andrew Barrer dan Gabriel Ferrari) memutuskan menjadikan hubungan Hope dan ibunya menjadi kisah utama. Ini merupakan sebuah keputusan yang menarik karena bahwasannya Ant-Man (Paul Rudd) memang bukan superhero yang hobinya menyelamatkan dunia atau melawan penjahat kelas wahid seperti teman-temannya di Avengers. Ia jenis superhero yang oke-oke saja menjadi sidekick dan dalam Ant-Man and the Wasp, ia membuktikan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ngomong-ngomong soal Avengers, dalam Ant-Man and the Wasp kita bisa melihat apa yang terjadi jika superhero 'tidak terkenal' ikut-ikutan perang saudara dengan Captain America. Setelah kejadian Captain America: The Civil War, Scott Lang/Ant-Man ditangkap FBI dan harus menjalani house arrest. Hal ini tidak menghalanginya untuk menjadi bapak yang baik. Setelah berusaha mati-matian menunjukkan kepada mantan istrinya, Maggie (Judy Greer, selalu menyenangkan setiap saat), bahwa ia adalah ayah yang lebih dari kompeten dalam film pertamanya, di film ini Scott berusaha keras untuk membahagiakan anaknya, Cassie (Abby Ryder Fortson), dengan segala cara. Termasuk menyulap rumahnya menjadi Disney versi KW.

Semuanya aman, nyaman tanpa ada kendali sampai akhirnya Scott sepertinya berkomunikasi dengan Janet. Gara-gara ini ia pun bertemu lagi dengan Hank dan Hope. Hank dan Hope pun bercerita kepada Scott bahwa mereka sedang membuat jembatan quantum untuk menjemput istri/ibu mereka. Yang tentu saja tidak berjalan dengan mudah karena ada penjahat licik bernama Sonny Burch (Walton Goggins) dan makhluk misterius bernama Ghost (Hannah John-Karmen) yang berusaha merebut eksperimen buatan Hank dan Hope.

Peyton Reed tahu benar bahwa serial Ant-Man bukanlah film Marvel yang paling mentereng. Ant-Man tidak seterkenal Spider-Man, sekuat Thor, semagnetis Captain America atau sekaya Black Panther dalam segi budaya dan identitas. Dan Reed menggunakan itu sebagai senjata. Ia tahu bahwa ia bisa menggunakan senjata lain, seperti humor tak terkendali, sebagai senjata rahasia. Dan hal tersebut terbukti berhasil. Ant-Man mungkin sederhana namun ia tidak membosankan.

Hal ini Reed pertahankan dalam Ant-Man and the Wasp. Ia tidak berhenti untuk menyusun humor demi humor demi menjaga penonton tetap tenang di kursi. Meskipun Ant-Man and the Wasp tidak selucu Thor: Ragnarok (yang lucunya di atas rata-rata), tapi ia konsisten terus menjejali penonton dengan banyak bahan untuk tertawa. Ia bahkan memiliki humor self-aware mengenai penggunaan istilah-istilah yang njelimet. Memang tidak se-self-aware Deadpool, tapi setidaknya usaha Reed tidak sia-sia. Terutama setiap kali Luis (Michael Pena) muncul. Luis adalah penyelamat Ant-Man and the Wasp.

Reed sepertinya tahu bahwa masalah Ant-Man and the Wasp hampir selalu sama dengan film Marvel lainnya. Karakter antagonisnya terlalu cetek. Bahkan dalam film ini, karakter antagonisnya lebih cetek dari antagonis Marvel-Marvel yang lain. Plotnya sengaja dibuat berkesinambungan dengan yang lain karena film ini adalah gabungan dari semesta Marvel yang tidak bisa dipisah. Yang mungkin membuat penonton yang tidak menonton film-film Marvel yang lain akan tersesat. Visualnya tidak mempunyai karakteristik. Dan musiknya sangat, sangat generik.



Tapi setidaknya Reed berusaha untuk menjadikan film kecil ini menjadi nyaman untuk dinikmati. Adegan aksinya lumayan bergigi. Terutama ketika kita pertama kali menyaksikan Hope/Wasp beraksi. Bagian third act-nya adalah campuran kocak dan thrilling. Meskipun warna dan cara bertuturnya sangat hambar, tapi setidaknya Reed menunjukkan bahwa melihat sesuatu membesar-mengecil-membesar-lalu-mengecil-lagi ternyata tidak pernah membosankan. Adegan kejar-kejarannya terasa seru meskipun jangan dibandingkan dengan adegan kejar-kejaran di Black Panther.

Dan para cast-nya sepertinya menikmati bermain di film ini. Evangeline Lily pantas mendapatkan spotlight yang ia dapatkan sekarang. Michael Douglas tetap mencuri perhatian. Michelle Pfeiffer adalah ibu yang baik meskipun screentime-nya terbatas. Paul Rudd adalah loveable everyman. Randall Park benar-benar lucu dan kapan pun Michael Pena muncul adegan menjadi 100 kali lebih kocak.

Serial Ant-Man mungkin memang dimaksudkan menjadi film superhero Marvel yang dibuat dengan porsi sederhana. Film ini mungkin dibuat untuk mengingatkan bahwa Marvel mempunyai beragam jenis superhero. Ada yang suka pamer seperti Thor. Ada yang memang iconic seperti Spider-Man. Dan mungkin Ant-Man adalah superhero yang humble. Ant-Man and the Wasp mungkin memang generik dan formulaic tapi setidaknya ia tidak punya ambisi lain selain menghibur penonton. Film ini cukup menyenangkan ditonton bersama keluarga sambil kita menanti apa yang terjadi nanti dengan Captain Marvel awal tahun depan.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

Tonton juga video review Ant-Man and the Wasp bersama Candra Aditya di 20Detik:

[Gambas:Video 20detik]

(dal/dal)

Hide Ads