Batman Begins: Manusia Kelelawar di Titik Nol
Kamis, 09 Jun 2005 12:19 WIB

Jakarta - Untuk menjadi seorang superhero ternyata nggak perlu disengat laba-laba ataupun terkena cairan kimia. Cukup ubah rasa takut atau marah menjadi sebuah kekuatan, jadilah seorang superhero baru bernama Batman. Semua orang bisa jadi Batman. Kiprah Batman di layar lebar memang bukan untuk pertamakalinya. Sebelumnya sudah ada kisah 'Batman & Robin' ataupun 'Batman Returns'. Biar nggak salah kaprah, film 'Batman Begins' ini nggak ada hubungannya dengan film-film Batman sebelumnya. 'Batman Begins' yang sebelumnya hampir diberi judul 'Batman 5' dan 'Batman: The Frightening', mengisahkan awal mula munculnya superhero 'bernyawa' kelelawar bernama Batman. Seperti sejarah munculnya 'Batman' di DC comics, 27 Mei 1939, dalam film ini identitas manusia kelelawar itu adalah Bruce Wayne. Bruce adalah anak dari Thomas Wayne salah satu orang terkaya di Gotham City. Thomas yang digambarkan berhati mulia dan peduli pada rakyat kecil dibunuh oleh seorang penodong ketika ia pulang menonton opera bersama Bruce dan istrinya. Sang istri juga ikut terbunuh sementara Bruce kecil selamat. Kejadian itulah yang menjadi cikal bakal munculnya Batman. Selain ingin membalas dendam terhadap para kriminal Bruce juga ingin menegakan keadilan. Sebelum menjadi superhero, Bruce sempat terseok-seok bahkan tercemplung menjadi bagian dari aksi kriminal. Dalam keterpurukannya ia diselamatkan oleh Henri Ducard yang membawanya ke sebuah tempat di puncak gunung. Di tempat pimpinan Ra's Al Ghul tersebut Bruce belajar menghadapi rasa marah, rasa takut, dan rasa bersalah terhadap kematian orang tuanya. Berbagai rasa tersebut diubahnya menjadi kekuatan untuk membersihkan Gotham City dari kejahatan. Di bagian ini penonton nggak hanya disuguhi oleh aksi laga dan pemandangan indah di atas puncak gunung es. Ra's Al Ghul dan Henry Ducard yang bijak, sekaligus memberi terapi psikologis tentang menghadapi rasa takut. "Apa yang kamu takuti adalah apa yang kamu tak mengerti," demikian ujar Henry. Tak usah berpanjang-panjang tentang cerita, yang cukup menarik dalam film ini adalah setting dan properti yang digunakan. Dengan budget USD 180 juta, Christoper Nolan yang sebelumnya dikenal lewat 'Insomnia' dan 'Memento' itu berusaha menggarap film ini semaksimal mungkin. Salah satu setting yang disewanya adalah sebuah hanggar besar seukuran 16 kali kolam renang ukuran olimpic. Tak hanya tentang ukuran tempat, Nolan juga memaksa Christian Bale yang memerankan Bruce Wayne untuk mau menggunakan Kelelawar asli dalam syuting. Awalnya Bale sempat menolak. Tetapi ketika diyakinkan Kelelawar yang digunakan tak menghisap darah, Bale pun setuju. Seperti film superhero lainnya, selalu menarik untuk menyaksikan perlengkapan bertarung dan senjata yang mereka gunakan. Buat pecinta Batman pastinya sudah nggak asing lagi dengan yang namanya Batmobile. Mobil super yang digunakan dalam syuting ini dibangun dari nol dan bukan rekonstruksi mobil jenis tertentu. Mobil dengan panjang hampir 5 Meter itu berkekuatan mesin 340 tenaga kuda. Paling cepat mobil tersebut dapat berjalan sampai dengan 60 kilometer dalam waktu 5 detik. Nggak hanya itu aja, mobil bernuansa Hitam yang dilengkapi dengan 6 ban truk ini dapat melompat sampai setinggi hampir 2 Meter. Besar mobil ini masih kalah dibanding Batmobile yang digunakan 'Batman Returns'. Ketika itu, pihak produksi menggunakan modifikasi Ford Lincoln Futura dengan panjang mencapai 7 meter. Syuting dengan Batmobile tentu membawa cerita sendiri. Jalanan Chicago, Amerika yang menjadi tempat mobil Batman beraksi pastinya terganggu. Setiap syuting, walau sudah dibantu oleh beberapa polisi tetap saja kemacetan tak terhindari. Bahkan pernah seorang pengemudi mabuk tertabrak Batmobile. Sang pengemudi yang mabuk itu menyangka Batmobile adalah pesawat alien yang mendarat di Chicago. Menggabungkan cerita dengan properti Batman pastinya kita sampai pada satu kesimpulan. Intinya, Batman menjadi superhero setelah menjalani terapi psikologis, latihan laga, dan punya banyak uang untuk membuat peralatan untuk mendukung aksinya. Semua orang bisa menjadi superhero jika sanggup melengkapi unsur-unsur tadi. Namun bukan berarti film ini tak menarik untuk disaksikan. Christian Bale yang sebelumnya mengalahkan Ashton Kutcher, Jake Gyllenhall, dan Joshua Jackson tampil menarik sebagai Batman. Sayang, ketangguhan Bale sepertinya kurang menarik ketika disandingkan dengan Katie Holmes (Rachel Dawes) yang menjadi pemanis hidup Bruce Wayne. Film dengan nuansa gelap sepanjang film itu lebih cocok disebut film superhero untuk orang dewasa. Walau film ini terasa cukup panjang, kelahiran kembali Batman di layar kaca yang penuh dengan kegelapan dan nuansa suram sepertinya sudah berada di tangan bidan yang cukup handal. (fta/)