'The Space Between Us': Kisah Cinta Dua Dunia

'The Space Between Us': Kisah Cinta Dua Dunia

Candra Aditya - detikHot
Senin, 04 Des 2017 14:54 WIB
Foto: The Space in Between Us (imdb)
Jakarta -

Gardner Elliott (Asa Butterfield) lahir dan tinggal di Mars. Kehadirannya di planet itu sebenarnya tidak direncanakan.

Sang ibu yang merupakan astronot, baru sadar kalau dia sedang hamil ketika dia sudah melayang-layang di angkasa. Gardner pun akhirnya menjadi manusia pertama yang lahir di Mars.

Dikelilingi oleh para ilmuwan, Gardner nampak canggih menghadapi berbagai hal ­hi-tech yang ada di sekitarnya. Namun ia tak menyangkal bahwa ia kesepian. Ia rindu dengan ibunya yang sudah meninggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesepiannya bisa sedikit dilupakan oleh teman chattingnya, Tulsa (Britt Robertson), yang menurutnya mempunyai kepribadian yang sangat menarik. Tapi itu pun tidak bisa membuat Gardner untuk lupa. Yakni dengan misteri siapa sosok ayahnya sebenarnya.

Gardner pun kemudian turun ke Bumi dan beradaptasi dengan berbagai hal yang membuatnya terperangah. Tulsa yang tadinya marah-marah akhirnya luluh melihat sosok Gardner yang nampak begitu polos dan jujur.

'The Space Between Us': Kisah Cinta Dua DuniaFoto: The Space Between Us (imdb)


Kini mereka berdua berpetualang untuk mencari sosok ayah yang selama ini absen dalam hidupnya.

Ini bukan kali pertama genre sci-fi diblender dengan genre drama keluarga ke dalam sebuah film yang sama. Nolan melakukannya dengan gegap gempita dalam blockbuster mahal berjudul 'Interstellar'.

'The Space Between Us' adalah sebuah film yang di atas kertas nampak meyakinkan. Sebuah drama keluarga dengan pendekatan sci-fi dan dikemudikan oleh para remaja. Ini bisa jadi sebuah tontonan yang tidak bisa dilewatkan. Sayangnya hasil akhirnya berkata lain.

Ditulis oleh Allan Loeb, 'The Space Between Us' adalah film yang mencoba merangkul berbagai hal tapi semuanya gagal total. Karakterisasi tokoh-tokohnya serba ambigu. Karakter Nathaniel (Gary Oldman) yang mempunyai peran yang cukup penting sama sekali tidak well-defined.

'The Space Between Us': Kisah Cinta Dua DuniaFoto: The Space Between Us (imdb)



Kita tidak tahu siapa dia sebenarnya. Apakah dia ilmuwan, apakah dia sekedar orang kaya raya, mengapa dia sangat terobsesi dengan ekspedisi ke Mars. Semua pertanyaan tersebut tidak terjawab dengan jelas.

Untuk sebuah film yang menganggap dirinya sangat serius, Allan Loeb sama sekali tidak memberikan keseriusan itu kepada penggambaran karakternya. Peter Chelsom, sang sutradara, juga tidak membantu skrip Allan Loeb yang letoy itu dengan penyutradaraan yang asyik.

Butuh sekian belas menit untuk penonton bisa akhirnya bertemu dengan Gardner. Dan ketika Gardner mulai beraksi, penonton sudah lelah.

Motivasi di balik apapun yang dilakukan oleh Gardner—pemberontakannya, keinginannya yang hakiki untuk bertemu dengan sang ayah dan mengapa dia tidak pernah menganggap karakter Carla Gugino sebagai sosok ibu—terasa di permukaan.

'The Space Between Us': Kisah Cinta Dua DuniaFoto: The Space Between Us (imdb)



Semuanya tidak dibarengi dengan penjelasan yang konkrit. Penonton hanya diharapkan menelan itu semua mentah-mentah.

Film ini memang masih menyisakan sedikit kehangatan. Britt Robertson masih bisa membuat Anda betah menatap layar. Gambar-gambar cerah ceria yang terpampang di layar juga asyik dilihat.

Dan musik Top 40 yang muncul di layar merupakan distraksi yang kita semua butuhkan. Tapi hal itu tidak bisa menipu kita bahwa 'The Space Between Us' hanyalah tontonan yang sia-sia.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International

(doc/doc)

Hide Ads