Eggsy (Taron Egerton) melanjutkan kehidupannya menjadi seorang Kingsman setelah mentornya, Harry/Galahad (Colin Firth), meninggal dunia setahun lalu.
Kini ia berpacaran dengan Putri Tilde (Hanna Alstrom) dan berusaha keras untuk menjaga kedamaian dunia. Sampai akhirnya sebuah bom meledakkan markas Kingsman dan membunuh rekan-rekan Kingsman, teman Eggsy dan juga anjing kesayangannya, JB.
Eggsy bersama Merlin (Mark Strong) kemudian berkumpul untuk melakukan Doomsday Protocol. Di sana, dalam keadaan mabuk, mereka menemukan bahwa Kingsman mempunyai sekutu bernama Statesman yang berada di Kentucky, Amerika Serikat.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah tahu bahwa pendiri Kingsman dan Statesman bekerja sama, mereka kemudian mencari tahu tentang organisasi rahasia Golden Circle yang mungkin ada hubungannya dengan pengeboman markas Kingsman. Adanya narkoba jenis baru yang membuat penggunanya memiliki gurat-gurat berwarna biru di badan mereka juga membuat semua orang menjadi rusuh.
Penyelidikan mereka akhirnya membawa mereka kepada seorang pengedar narkoba kelas kakap bernama Poppy (Julianne Moore). Kingsman dan Statesman pun harus bekerja sama untuk menghentikan aksi sembrononya.
![]() |
Dirilis dua tahun lalu, 'Kingsman: The Secret Service' mendapatkan banyak pujian dari para kritikus dan pundi-pundi dollar yang cukup melimpah mencapai USD 400 juta dari penonton di seluruh dunia. 'The Secret Service' memberikan jokes yang kocak, adegan aksi yang sangat menghibur, penjahat yang sangat memorable dan style yang sungguh melenakan.
'The Secret Service' bahkan justru lebih old-fashion dan seperti Bond daripada film Bond yang dirilis tahun itu, Spectre. Sekuelnya tak ayal langsung mendapatkan lampu hijau.
'The Golden Circle' mengulangi semua resep yang ada di film pertamanya, bahkan lebih. Penulis skripnya, Jane Goldman dan Matthew Vaughn, kembali memberikan apa yang disukai penonton dalam film pertamanya.
Humor yang kocak, adegan aksi yang berlebihan, kekerasan yang mengada-ngada, para agen dengan jas-nya yang rapi serta penjahat yang larger-than-life.
Jika kesemuanya itu terasa menyenangkan dan fresh di film pertamanya, ramuan tersebut ternyata tidak cukup manjur di film kedua.
The Golden Circle seperti sebuah déjà vu. Bahkan adegan kekerasannya yang memang sengaja dibuat over-the-top terasa agak memuakkan. Penjahatnya pun, seperti film sebelumnya, dibuat unik dan berlebihan. Hanya saja, dalam 'The Golden Circle', dosisnya ditambah menjadi ekstra.
Poppy adalah seorang kartel yang tenggelam dalam masa lalu. Dengan setting yang retro dan cara bicara yang manis, dia adalah seorang kartel yang begitu manis namun kejam. Bayangkan seorang dewi namun memiliki robot pembunuh.
Motivasinya pun sangat remeh: uang. Berbeda dengan Valentine yang jauh lebih "sakit". Lengkap dengan anak buah yang nyentrik dan mematikan—kaki pisau adalah senjata yang mematikan.
![]() |
Cerita yang menjadi anak tiri tersebut ternyata hasil dari kerja ambisius Vaughn sebagai sutradara. Dibandingkan dengan film sebelumnya, 'The Golden Circle', memberikan lebih banyak adegan aksi yang spektakuler. Jikalau film sebelumnya hanyalah eksposisi dan pengenalan si Eggsy terhadap dunia Kingsman, di sini kita melihat Vaughn mengajak penonton untuk melihat Eggsy—dan para Statesman—beraksi.
Sekuens-sekuensnya, terutama di bagian akhir film, akan membuat Anda tersenyum kegirangan.
'The Golden Circle' pada akhirnya terjerembab pada penyakit sekuel kebanyakan: lebih besar, lebih ambisius tapi kurang original. Film ini memang tidak membosankan. Dan dibandingkan dengan film yang serupa, 'The Golden Circle' lebih dari cukup untuk membuat Anda terhibur.
![]() |
Tapi dibutuhkan lebih dari sekedar adegan aksi yang melibatkan lasso listrik dan mesin giling untuk membuat kita tersenyum menyaksikan sebuah tontonan yang benar-benar fresh. Mudah-mudahan di film selanjutnya Matthew Vaughn mengingat hal ini.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International