'The Interpreter': Semakin Oke Karena PBB

'The Interpreter': Semakin Oke Karena PBB

- detikHot
Rabu, 11 Mei 2005 16:05 WIB
Jakarta - Cerita pembunuhan presiden sudah bukan barang baru lagi. Nah, yang berbeda dalam film ini adalah munculnya bintang baru. Selain Nicole Kidman dan Sean Penn, Markas Besar PBB sepertinya juga layak disebut bintang film ini. Seperti judulnya, "The Interpreter" berkisah tentang seorang penerjemah bahasa di kantor Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), atau lebih dikenal dengan sebutan UN (United Nations). Adalah Silvia Broome (Nicole Kidman), gadis cantik penerjemah bahasa "Ku" yang merupakan bahasa rakyat Matobo salah satu daerah di Afrika. Silvia yang juga memiliki darah Matobo dari orang tuanya dibesarkan di daerah tersebut. Suatu malam setelah tugas, Silvia mendengar pembicaraan akan ada pembunuhan seorang tokoh penting. Pembicaraan yang didengarnya dalam bahasa "Ku" tersebut langsung mengubah hidupnya 180 derajat. Apalagi setelah ia memiliki kecurigaan lebih lanjut bahwa target yang dimaksud adalah salah satu pemimpin Afrika, Edmund Zuwanie. Tentu saja semua nama dan tempat tersebut adalah fiktif belaka. Setelah memberitahukan informasi yang didengarnya tersebut ke pihak berwajib, Silvia merasa semakin terancam. Ia khawatir akan ada pihak yang berniat mencelakai dirinya. Akhirnya diutuslah agen Tobin Keller (Sean Penn) yang ditugaskan untuk melindungi sekaligus menyelidiki Silvia. Duet Nicole Kidman-Sean Penn yang keduanya pernah meraih Oscar pastinya menjadi tontonan yang menarik. Nggak diragukan lagi, chemistry dua bintang ini mampu mengalirkan emosi cerita dengan lancar. Setelah enam tahun absen jadi sutradara setelah menggarap "Random Hearts", Sydney Pollack kembali beraksi. Belakangan ini pria yang pernah menggondol Oscar 1985 untuk best direstor itu lebih banyak terlibat di kursi produser. Salah satunya adalah "Cold Mountain" tahun 2003. "The Interpreter" yang merupakan drama-thriller ini memang menyenangkan untuk dinikmati. Selain akting yang memukau dan jalan cerita yang mengalir, setting asli Markas Besar PBB, New York juga menjadi daya tarik tersendiri. Sekedar informasi, "The Interpreter" adalah film pertama yang diizinkan mengambil gambar di seluruh Markas Besar PBB termasuk beberapa ruangan-ruangan penting seperti General Assembly dan Security Counsil. Pengambilan gambar yang berlangsung April-Agustus 2004 itu hanya dilakukan selama akhir pekan agar tak menganggu jadwal kerja badan dunia tersebut. Jika dilihat dari cerita, sebenarnya kisah "The Interpreter" ini tak terlampau luar biasa. Namun salah satu penolong utama film ini adalah leading actor yang ketiga yaitu, Markas Besar PBB. Setting asli markas PBB yang biasa hanya disaksikan lewat siaran berita, sangat mengangkat akting para pemain dan membuat cerita lebih hidup serta dramatis. Tanpa bantuan kemegahan tempat berkumpulnya wakil dunia tersebut, film ini mungkin tak banyak berbeda seperti film-film dengan tema politik dan kepresidenan lainnya. (fta/)

Hide Ads