Wonder Woman: Hadiah Menyenangkan dari Perempuan Tangguh

Wonder Woman: Hadiah Menyenangkan dari Perempuan Tangguh

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 01 Jun 2017 10:30 WIB
Wonder Woman: Hadiah Menyenangkan Dari Perempuan Tangguh. Foto: Dok. Warner Bros. Pictures
Jakarta - Bukan salah Anda jika Anda menganggap bahwa film solo Wonder Woman akan berakhir tragis seperti film-film DC lainnya. Dalam upaya menyalip Marvel sebagai pabrik film superhero paling canggih, DC mencoba melakukan yang sama dengan meluruskan barisan karakter-karakter mereka ke layar perak. DC memulainya di tahun 2013 dengan Man of Steel yang ternyata adem ayem seperti rengginang berumur dua minggu. Tahun lalu DC dengan ambisius merilis baik Batman v Superman: Dawn of Justice dan juga Suicide Squad. Keduanya mendapatkan banyak cibiran dari kritikus film meskipun pendapatan box office-nya masih lumayan dan para fans sejati masih terus menggebu membela mereka. Wonder Woman yang dijadwalkan untuk menjadi film solo pertama dari DC Extended Universe pun sudah kadung mendapatkan ramalan yang jelek bahwa filmnya akan setara dengan tiga film tadi.

Namun ternyata magnet Wonder Woman yang sekelebat muncul di Batman v Superman tahun lalu bukanlah keberuntungan belaka. Dalam film solonya, sang ratu Amazon membuktikan bahwa dia siap membuktikan paradigma mengenai produk-produk DC yang sesungguhnya.

Saksikan video 20detik tentang Wonder Woman di sini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti origin story pada umumnya, Wonder Woman mengantarkan kita kepada siapa sesungguhnya si Diana Prince (Gal Gadot). Semenjak kecil kita diperlihatkan betapa bersemangatnya Diana untuk menekuni bela diri meskipun sang ibu, Hippolyta (Connie Nielsen), melarangnya. Seperti feminist yang gagah berani, Diana tahu bahwa dia harus belajar membela dirinya sedari kecil. Maka dari itu, Diana pun sembunyi-sembunyi untuk tetap belajar bela diri bersama tantenya, Antiope (Robin Wright, ditengah kesibukannya meneror Amerika lewat serial Netflix House of Cards).

Keadaan di Pulau Themyscira semula berjalan dengan baik sampai akhirnya sebuah pesawat asing muncul dari langit dan menghancurkan ketenangan yang ada disana. Seorang lelaki, Steve Trevor (Chris Pine), ternyata adalah seorang mata-mata yang sedang melarikan diri dari pasukan Jerman. Kehadiran Steve tentu saja membuat seluruh pulau menjadi gaduh. Di sebuah pulau yang isinya hanya perempuan perkasa dengan kaki jenjang, Trevor tidak mempunyai tempat disana.

Sekali lagi Diana berpendapat lain. Dia merasa bahwa Trevor bisa membawanya ke Ares, Dewa Perang yang bertanggung jawab atas semua kerusuhan yang ada di muka Bumi. Diana pun akhirnya pamit kepada ibunya yang berat dengan kepergiannya. Dan dunia pun bersiap-siap atas kedatangan sang Wonder Woman.

Ditulis oleh Allan Heinberg dengan dukungan cerita dari Zack Snyder dan Jason Fuchs, Wonder Woman ternyata adalah sebuah film superhero yang bekerja sesuai dengan fungsinya: memperkenalkan sang karakter dan menjadi sebuah film superhero yang mengasyikkan. Seperti penyakit film-film "perkenalan" pada umumnya, kelemahan Wonder Woman bisa dilihat dari tempo filmnya yang agak lambat. Hal ini terjadi karena sang pembuat film masih mempunyai hutang untuk meng-establish karakter, kekuatan sang karakter dan juga dunianya.

Menariknya, Heinberg menempatkan karakter utama di posisi yang sama dengan penonton. Sehingga ketika Diana menyadari kesakti-mandragunaannya, penonton juga dibuat terkejut. Begitu Heinberg sudah memberikan semua amunisi yang diperlukan agar Wonder Woman bisa beraksi, suasana menjadi ricuh dan film ini menjadi semakin membahana.

Patty Jenkins, sutradara yang memberikan Charlize Theron Oscar lewat Monster 14 tahun silam, ternyata tidak kekurangan talenta untuk menjadi komandan blockbuster Warner Bros. yang satu ini. Meskipun ini baru pertama kalinya ia menyutradarai film dengan bujet yang gila-gilaan, Jenkins ternyata tidak kagok. Yang terjadi malah sebuah atraksi besar-besaran yang menunjukkan bahwa Wonder Woman adalah salah satu film origin story yang baik.

Jenkins telaten dalam menghimpun drama sehingga apapun yang dirasakan Diana terasa nyata dan meyakinkan. Keseriusan DC dan Warner Bros. dalam menampilkan sebuah film superhero yang serius juga membuat film ini mempunyai nyali yang lebih besar daripada film-film Marvel yang kebanyakan bercanda. Hasilnya adalah sebuah perpaduan fantasi dengan suntikan drama yang cukupan. Chemistry Gal Gadot dan Chris Pine yang cemerlang juga menghasilkan babak ketiga yang mutakhir.

Yang paling mengejutkan dari Jenkins adalah dia tidak setengah-setengah dalam menampilkan adegan aksi yang membuat Anda terpana di tengah kegelapan teater. Adegan aksi di Wonder Woman, lengkap dengan music menggelegar dari Rupert-Gregson Williams, membuat harga tiket yang Anda beli sangatlah layak. Aksi Diana tidak hanya mengesankan namun juga menginspirasi perempuan mana pun untuk melawan kejahatan.

Setelah melintas di serial Fast and Furious sebagai penghias mata, Gal Gadot akhirnya menunjukkan bahwa ia adalah seorang aktris yang berkharisma. Berperan sebagai Wonder Woman, Gal Gadot nampak percaya diri dengan aura keren yang tak ada hentinya. Selama 141 menit film berjalan, Gal Gadot benar-benar mencuri fokus seluruh film ini. Ia tidak hanya mempunyai comic timing yang bagus namun juga mempunyai kemampuan yang ekstra dalam adegan-adegan aksi yang menakjubkan.

Dengan visual yang cemerlang, Wonder Woman adalah pembuktian tervalid dari DC bahwa mereka bisa menghasilkan produk yang tidak memalukan. Ini memberikan angin segar bagi semua penggemar film superhero dan terutama fans berat DC. Wonder Woman tidak hanya pembuktian bahwa DC bisa membuat film superhero yang keren tapi juga bahwa sutradara wanita bisa membuat film superhero yang sangar. (srs/srs)

Hide Ads