Setelah menyaksikan 'One Day' garapan Banjong Pisanthanakun ('Hello Stranger') ini saya berani bertaruh bahwa studio GDH559 bisa jadi malah bakal melesat jauh melampaui capaian-capaian kesuksesan GTH terdahulu. 'One Day' karya terbaru dari Banjong setelah tiga tahun absen selepas merilis 'Peek Mak' adalah film romansa yang sama sekali lain, tidak seperti film-film GTH pada umumnya. Satu hal yang paling kentara, film ini tidak menitikberatkan unsur komedi ke dalam cerita, satu formula yang selalu dipakai GTH. 'One day' sebagai tontonan film romansa terasa jauh lebih tulus, sepenuh hati, dan sentimentil.
Denchai (Ter Dhanasevi, 'Hello Stranger', ATM Errak Error') adalah seorang teknisi di perusahaan IT. Ia penyendiri, kikuk, dan berpenampilan biasa-biasa saja; rambut tak terawat, berkacamata, perut buncit, berpakaian kasual. Di kehidupan sehari-hari nyaris tak ada seorang pun yang merekennya, kecuali manakala teman-teman sekantor membutuhkan bantuannya untuk memperbaiki komputer yang rusak, atau printer yang tidak berfungsi. Namun, selepas persoalan komputer error, internet lelet sudah teratasi, maka ia pun tak dihiraukan lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nui sudah memiliki kekasih, yakni bosnya sendiri di kantor. Dan, untuk memperumit masalah, sang kekasih ternyata sudah beristri dan memiliki anak pula. Nui adalah wanita simpanan sang bos muda yang ganteng nan mapan, dan ia terlihat begitu bahagia, menikmati perannya itu. Hingga datanglah saatnya para karyawan kantor berwisata bersama ke Hokkaido, Jepang, yang sedang diselimuti salju musim dingin.
Singkat cerita, Nui bermain ski, lalu mengalami kecelakaan. Denchai yang selalu memperhatikannya, segera bergegas menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Di sana dokter yang merawatnya memberitahu Denchai bahwa Nui mengalami kondisi hilang ingatan, dan akan segera pulih dalam waktu satu hari. Pada saat Nui terbangun dari ranjang bangsal rumah sakit, Denchai mengaku kepada Nui yang tampak linglung itu bahwa ia adalah kekasihnya!
Dari sini sebenarnya kisah film ini baru bermula. Dan, saya dibuat takjub bahwa tak pernah sedetik pun saya berpaling dari layar. Saya begitu terpukau menikmati suguhan penyutradaraan yang mumpuni dari Banjong, naskah cerita yang ditulis dengan begitu kuat oleh Ter Dhanasevi sendiri (alias si Denchai di film ini), dan penampilan Ter dan Mew. Saya sungguh tak ingin terdengar hiperbolis, tapi percayalah, kedua aktor muda nan kece ini betul-betul telah memberikan penampilan terbaik mereka, akting yang mereka tunjukkan sungguh tiada tandingannya.
Premis film ini barangkali hampir mustahil bisa terjadi di kehidupan kita. Namun, realisme yang ditampilkan film ini terasa begitu nyata, mengikat alam bawah sadar kita yang menyaksikannya. Saya dibuat tertohok oleh akhir kisah film ini yang datang dengan begitu tak terduga, dan begitu durjana. Saat film ini berakhir, ada perasaan cemas, perih, dan haru yang menyesaki dada. Dan, rasa itu ikut terbawa pulang. Rasa itu lama sekali pergi.
Shandy Gasella pengamat perfilman
(mmu/mmu)