Dalam sekuelnya ini, kita melihat setahun setelah kejadian di film pertama. Dory (disuarakan oleh Ellen DeGeneres) tinggal bersama Marlin (disuarakan oleh Albert Brooks) dan Nemo (disuarakan oleh Hayden Rolence). Suatu hari Dory teringat tentang kedua orangtuanya (disuarakan oleh Diane Keaton dan Eugene Levy). Dory ingin bertemu lagi dengan mereka. Bersama dengan Nemo dan Marlin, ketiganya pun menyebrangi lautan untuk mencari orangtua Dory.
Ditulis oleh Andrew Stanton dan Victoria Strouse, ‘Finding Dory’ mengganti fokus utamanya dari Nemo ke Dory. Tidak bisa dipungkiri, sosok Dory memang sudah mencuri perhatian dalam film pertamanya. Menjadikan dia sebagai tokoh utama dalam film ini tidak hanya menantang (karena tokohnya menderita ingatan jangka pendek sementara premis filmnya adalah pencarian orangtua), namun juga menarik. Dalam film ini, kita akhirnya mengetahui detail-detail mengenai identitas Dory dan kenapa dia bisa memiliki mental yang begitu tahan banting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang patut dipuji adalah bagaimana Stanton sebagai sutradara dan Angus MacLane sebagai co-director menawarkan sebuah isu sensitif tentang disabilitas tanpa perlu ceramah. Stanton dan MacLane memperlakukan karakter-karakter seperti Dory atau Hank (yang disuarakan oleh Ed O'Neill), seekor gurita yang mempunyai masalah dengan “trust issues”, dengan elegan tapi tanpa perlu mengurangi kadar dramatisnya.
‘Finding Dory’ menawarkan animasi yang tiada duanya. Visualnya benar-benar luar biasa. Warna-warna yang ditawarkan sungguh menghipnotis. Setiap frame film ini akan melenakan Anda. Dengan karakter-karakter yang kocak, plot yang seru dan ending yang tak terkontrol, film ini adalah sebuah hiburan wajib bagi Anda dan sekeluarga. Sungguh bukan penantian yang percuma.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)