Kemudian kita melihat sosok Roy bersama lelaki lain bernama Lucas (Joel Edgerton). Ketika kamera berpindah ke lantai motel murah, kita melihat sosok anak kecil bernama Alton (Jaeden Lieberher) yang tertutup oleh kain putih dengan semburat cahaya dari senter. Ketika Roy menunduk dan berbicara kepada Alton, kita mendengar nada bicara yang halus dan kebapakan. Di sini kita baru tahu bahwa Roy adalah bapak dari Alton.
Film keempat Jeff Nichols ini kemudian langsung mengajak kita untuk berpetualang bersama Roy, Lucas dan Alton dari kejaran orang-orang relijius dan pemerintah yang memburu mereka. Kita diberi tahu secara sekilas bahwa Alton harus berada di sebuah tempat pada hari Jumat. Untuk apa dan mengapa, itu dia yang menjadi sajian film ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah ‘Take Shelter’ dan ‘Mud’ yang mengharu biru, ‘Midnight Special’ menunjukkan sekali lagi kepiawaian Nichols dalam bercerita. Secara plot, film ini mengingatkan kita pada film-film Spielberg zaman dulu, dengan atmosfer tegang yang lebih dominan. Secara visual, Nichols melukis ‘Midnight Special’ seperti film-film sci:fi 70-80-an.
Setting ceritanya bisa saja masa kini, tapi kita tidak akan melihat teknologi modern berkeliaran di layar. Penonton disuguhi telepon genggam jadul, telepon umum, mobil-mobil tua dan televisi yang masih bertabung. Lokasi-lokasinya yang juga bernuansa retro dilengkapi dengan kostum pemainnya yang begitu klasik, membuat film ini terasa seperti sebuah film nostalgia.
Dengan Michael Shannon sebagai pemimpin, Nichols menggunakan Joel Edgerton dan Kirsten Dunst sebagai penerjemah karakter-karakter dengan brilian. Mereka berhasil memperlihatkan betapa cinta mereka terhadap si anak begitu besar. Jaeden Lieberher sendiri yang memulai kariernya dengan bertetangga dengan Bill Murray dalam ‘St. Vincent’ menunjukkan bahwa dia lebih dari layak untuk mengemban tugas terpenting sebagai pokok misteri.
Dengan editing yang mulus dan visual yang melenakan, Nichols mempersembahkan ‘Midnight Special’ dengan paripurna. Film sci:fi kecil ini mungkin akan membuat banyak orang kecewa dengan ending-nya yang nyeleneh. Tapi, jika Anda melihatnya sebagai “character study” tentang usaha orangtua untuk membiarkan anaknya bahagia —yang kebetulan dibungkus dalam genre sci:fi yang menegangkan— maka ‘Midnight Special’ tidak akan mengecewakan Anda. Film ini akan membuat Anda terus menghadap layar dan memperhatikan cahaya itu sampai akhirnya layar menjadi gelap.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)