Tapi, seperti yang dibilang sendiri olehnya, kenyataan terkadang menyakitkan. Baru sebentar merasakan indahnya cinta, Wade Wilson mendapatkan vonis bahwa umurnya tidak panjang. Kanker menyerangnya. Dan, dia tentu tak ingin membuat Vanessa menderita. Jadi ketika ada orang yang menawarinya obat eksperimen untuk membuat seluruh kanker dalam tubuhnya musnah, Wade Wilson mengiyakannya. Sampai akhirnya ternyata dia mengetahui bahwa dirinya dijadikan kelinci percobaan oleh orang gila bernama Ajax (Ed Skrein, yang tempo hari menggantikan Jason Statham di βThe Transporter: Refueledβ).
Kini, dengan bentuk yang lebih menyerupai βalpukat yang bercinta dengan alpukat yang lebih tuaβ, Wade Wilson terpaksa harus memakai kostum serba merah dan mengganti namanya menjadi Deadpool untuk membalaskan dendamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film ini bisa jadi adalah film superhero paling lucu sejak βKick-Assβ. Bahkan tim aneh dari βThe Guardians of Galaxyβ tidak akan bisa mengalahkan betapa nyinyirnya seorang Wade Wilson. Skrip yang ditulis oleh Paul Wernick dan Rhett Reese cukup setia dengan karakter asli Deadpool dari komiknya. Deadpool versi film ini tidak seperti penampilannya yang agak basi dalam spin-off βX-Men: Wolverineβ. Deadpool di sini sangat sadar bahwa dia adalah sebuah film. Pembuatnya menentang semua konvensi film demi sebuah lelucon yang sangat berharga dan membungkusnya dalam kekerasan yang sangat berlebihan.
Adegan pembukanya saja sudah jelas menertawakan diri sendiri. Keputusan pembuatnya untuk membuat gebrakan seperti yang dilakukan karakter unik ini sesuai komiknya juga membuat film ini semakin otentik. Secara plot, Wernick dan Reese memang tidak menawarkan sesuatu yang baru. Tapi editing-nya yang sengaja dibuat maju mundur membuat pengenalan karakter Deadpool justru semakin pas. Tim Miller, sutradara yang juga bertanggung jawab atas pembukaan βThe Girl With The Dragon Tattooβ karya David Fincher yang luar biasa keren itu, menggunakan warisan skrip Wernick dan Reese dengan hati-hati.
Semua adegan laganya, baik yang serius maupun yang humoris, semuanya dibuat dengan baik. Dengan bujet yang cukup minimalisβbahkan lebih rendah dari film Marvel yang paling murah, βAnt-ManββMiller ternyata sanggup membuat adegan-adegan aksi yang spektakuler. Baik itu di jalan tol maupun di klimaks film, semua aksi dalam film ini tetap tertata dengan baik.
Tapi, sebenarnnya kekuatan βDeadpoolβ bukanlah pada adegan aksi yang memuaskan itu. Kekuatan utama film ini adalah pada karakter utamanya yang memang βngocolβ berat. Kolaborasinya dengan Ryan Reynolds terbukti membuat film ini menjadi unggul dibandingkan dengan banyak film superhero lainnya. Penampilan Reynolds yang tak tahu malu membuat film ini terlihat jauh lebih bermartabat bahkan jika dibandingkan dengan βThe Avengers: The Age of Ultronβ. Reynolds yang memang mempunyai bakat untuk melontarkan kalimat-kalimat sarkas menjadi senjata utama film ini. Dialah alasan paten kenapa film ini menjadi begitu keren.
Chemistry-nya dengan Morena Baccarin, si sahabat yang diperankan dengan oke oleh komedian T. J. Miller, dan interaksinya dengan Ed Skrein atau Gina Carano sebagai Angel, juga membuktikan bahwa Reynolds begitu menikmati perannya sebagai pahlawan slebor satu ini. Saking cepatnya lelucon yang diucapkan Deadpool, kadang Anda butuh jeda waktu untuk menahan napas. Selucu itu memang film ini. Dan, seperti halnya film komedi yang keren, yang juga menjadi kekurangannya adalah Deadpool terlalu βself-centered". Tidak banyak orang akan bisa mengerti lelucon-lelucon yang tersebar di film ini jika Anda bukan penggemar film superhero atau penggemar film.
Kalau Anda tidak menonton filmnya Danny Boyle yang berjudul β127 Hoursβ, misalnya, mungkin Anda tidak akan mengerti di mana letak lucunya, apa yang dilakukan Deadpool dalam filmnya. Tentu saja, itu bisa diabaikan di tengah keseruan yang akan Anda alami sepanjang 108 menit. βDeadpoolβ adalah contoh bagaimana cerita yang orisinal dibuat, dan aktor yang benar-benar berkomitmen. Kalau mereka tetap mempertahankan semua hal yang ada di film ini, Tim Miller dan Ryan Reynolds jelas memiliki masa depan yang cerah dengan franchise ini.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)











































