Empat tahun kemudian Dika kembali melakukan hal yang sama, menulis skenario sekaligus membintangi sendiri film yang diangkat dari bukunya, 'Cinta Brontosaurus'. Kali ini di bawah arahan Fajar Nugros, film tersebut dirilis saat Raditya Dika tengah berada di puncak kejayaannya sebagai stand up comedian. Muncul di tengah tren stand up comedy yang mulai tumbuh dan digemari anak-anak muda se-Indonesia kala itu, 'Cinta Brontosaurus' cukup meledak. Namun, secara kualitas film tersebut masuk ke jajaran film yang dibuat secara buruk hampir dalam segala lini prosesnya.
Lantas, berturut-turut Dika kembali menulis skenario, dan tentu saja sekaligus membintanginya sendiri film 'Cinta Dalam Kardus' (Salman Aristo, 2013), 'Manusia Setengah Salmon' (Herdanius Larobu, 2013), dan menyutradarai sendiri 'Marmut Merah Jambu' (2014), dan 'Malam Minggu Miko' (2014). Kabar buruknya, dari berderet film tersebut tak ada satu pun yang dapat menghibur saya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam proyek terbarunya 'Single' Raditya Dika lagi-lagi bukan saja membintangi, tapi juga menulis dan untuk ketiga kalinya menyutradarai filmnya sendiri. Dengan track record Dika selama ini, kekhawatiran bahwa 'Single' akan jadi sesuatu yang "garing" tak bisa dihindari. Dan, setelah menontonnya, ternyata memang benar, film ini masih dipenuhi kenarsisan Dika dengan lelucon-lelucon yang telah menjadi ciri khasnya. Tapi, saya juga tak sepenuhnya benar.
Film ini membuktikan bahwa lelucon-lelucon narsistik bukanlah hal yang membosankan bila dikemas secara cermat. Kali ini Dika berbagi kredit penulisan skenario dengan Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro βdua nama di belakang sukses besar 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck'. Sunil memproduseri 'Single' dengan budget yang saya kira cukup tinggi, ditambah craftmentship Dika sebagai sutradara yang naik kelas. Hasilnya sebuah sajian yang lucu, dan sangat menghibur.
Film ini dibuka dengan tiga karakter cowok, Ebi (Raditya Dika), Wawan (Pandji Pragiwaksono, 'Comic 8', 'Make Money'), dan Victor (Babe Cabiita, 'Epen Cupen the Movie', 'Pizza Man') yang bersahabat dan tinggal satu kosan, Wawan dan Victor tengah menemani Ebi yang menyetir dalam rangka menemui seorang cewek teman lamanya di masa sekolah dulu. Malam itu Ebi menyangka ia bakal nge-date dan pada akhirnya bisa melepas status single-nya, namun semua ternyata tak berjalan sesuai harapannya.
Berkali-kali Ebi berusaha mendapatkan cewek-cewek lain, namun selalu saja gagal. Hingga pada akhirnya di momen yang tak ia sangka, Angel (Annisa Rawles), sesosok cewek idaman semua cowok, sekonyong-konyong mendatanginya di siang bolong di kosannya sendiri. Angel lantas jadi incaran Ebi untuk dijadikan gebetannya. Tentu tak semudah itu menggaet Angel yang penampakannya bak kontestan pemilihan ratu kecantikan itu, Dika selain culun dan selalu nampak bodoh ini juga mendapat saingan dari Joe (Chandra Liow), 'abang-abangan'-nya Angel.
Perbedaan yang paling signifikan yang memisahkan 'Single' dari film-film komedi lain terutama yang dibintangi Raditya Dika sendiri adalah plotnya yang solid. Setidaknya pembuat film ini tahu mau dibawa ke mana ceritanya tanpa sekedar melawak yang tak jelas juntrungannya. Sense of humor yang ditawarkan kali ini lebih bisa diterima dan ada beberapa one-liner yang memang jitu mengocok perut. Dialog-dialognya pun tertata baik, dan kemampuan akting Dika meningkat; penampilannya wajar simpatik.
Film ini juga berhasil memperkenalkan aktris pendatang baru Annisa Rawles dengan penampilannya yang cukup memukau. Dengan perannya sebagai cewek yang diperbutkan dua cowok, penampilannya tak sedikit pun mengganggu, dan jelas ia bakal jadi idola baru.
Dalam jajaran cast, saya kira hanya karakter Wawan yang tidak pas diperankan oleh Pandji, alih-alih menjadi sahabat baik Ebi dan Victor, rasanya ia lebih pas berperan sebagai ayah mereka; ia ketuaan dan sudah tidak pas bertingkah sok asik dan sok muda lagi. Babe Cabita sebagai Victor sukses jadi karakter yang disukai. Ada juga cameo dari Pevita Pearce yang mengesankan, ditambah penampilan Rina Hasyim ('3 Nafas Likas', 'Biarkan Aku Cemburu') sebagai Ibu Marjan yang mengesankan.
Kalau di film-film Dika yang lain karakter-karakternya berdialog seperti entah dari planet mana, karakter-karakter di film ini berinteraksi satu sama lain layaknya kita sehari-hari. Ini yang membuat, sekalipun tidak dijelaskan latar belakang mereka dengan detil, kita jadi peduli dengan karakter mereka. Kerja sama antara sutradara Raditya Dika dan produser Sunil Soraya membuat atmosfer komedi berhasil dibangun di atas landasan cerita yang solid dan, ini yang paling utama, production value yang tinggi. Soraya Intercine Films layak diberi penghormatan sebagai satu dari sedikit sekali rumah produksi di negeri ini yang konsisten membuat film dengan standar produksi yang tinggi. Production value film ini membuat saya melupakan sedikit kelemahannya, dan dengan bangga, saya mengumumkan hadirnya salah satu film komedi 'terbener' buatan dalam negeri.
Shandy Gasella pengamat perfilman Indonesia (doc/doc)