Kemudian dia bertemu dengan Lyle Wirth (Nicholas Hoult), seorang maniak misteri. Wirth begitu terobsesi pada kisah hidup Libby yang tragis, menawarkan sejumlah uang hanya untuk bisa mewawancarainya. Wirth mempunyai kelompok bernama “The Kill Club” yang gemar menganalisis kasus-kasus misteri nyata yang tidak terpecahkan. Dan, menurut mereka, pengakuan Libby kecil soal kakaknya adalah sebuah kesalahan.
Libby Day tidak punya pilihan. Dia bangkrut, butuh uang dan sebenarnya, memang ada sedikit rasa penasaran dalam dirinya apakah hipotesis orang-orang sinting dalam klub Wirth ada benarnya. Maka, begitu dia kembali mengorek ke masa lalu, Libby Day menghadapi horor yang lebih menyeramkan dari yang ia duga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, penulis skrip dan sutradara Gilles Paquet-Brenner tidak mempunyai talenta sebesar Flynn atau David Fincher seperti yang mereka tunjukkan dalam adaptasi ‘Gone Girl’. Misteri meliuk-liuk yang menjadi atraksi sempurna dalam ‘Gone Girl’ sama sekali tidak terasa dalam ‘Dark Places’. Penceritaan yang maju mundur—seperti yang terjadi dalam ‘Gone Girl’—kali ini tidak bisa dibuat menjadi alat storytelling untuk mencengkeram penonton. ‘Dark Places’ justru terasa semakin datar bahkan ketika twist-nya terungkap.
Penyutradaraan Gilles Paquet-Brenner begitu membosankan sampai-sampai aktor sekelas Charlize Theron bisa nampak lunglai. Theron yang biasanya bisa menjadi panutan seperti yang ia lakukan dalam ‘Mad Max: Fury Road’ tampak benar-benar lemah. Corey Stoll, Christina Hendricks, Nicholas Hoult dan Chloe G. Moretz juga tak menampakkan penampilan mereka yang biasanya cemerlang dalam film ini.
Di tangan pembuat film yang tepat, ‘Dark Places’ bisa menjadi sebuah thriller yang memikat dan akan membuat Anda paranoid. Film ini membuktikan bahwa sumber buku yang bagus tak selamanya akan menjadi film yang sama bagusnya jika pembuat filmnya loyo.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)