Setelah adegan pembuka yang superheboh nan hampir mengecewakan itu, lambat laun film ini menampilkan selapis demi selapis karakter sesungguhnya dari ketiga tokoh utamanya; Olivia (Joanna Alexandra, 'Cinta Selamanya', 'Catatan Akhir Sekolah'), Merry (Yuki Kato, 'Operation Wedding', 'Basahhh'), dan Nina ('Tuyul Part 1', 'Aku, Kau dan KUA'). Olivia baru saja dipecat dari pekerjaannya, dan ia dilecehkan secara seksual oleh mantan bosnya. Merry sedang bete sebab dijodohkan oleh ibunya dengan seorang cowok ngondek. Nina diputusin cowoknya yang merupakan suami orang. Pada satu malam ketiganya ngumpul dan sedih-sedihan bareng.
Olivia minum-minum dan mulai mabok saat Merry dan Nina lebih memilih melampiaskan kebetean mereka pada makanan. ,Mereka memesan pizza delivery, dan sementara menunggu pesanan itu datang, Merry dan Nina memakan dodol yang mereka ambil dari kulkas. Mereka tak tahu, dodol itu mengandung ganja, kepunyaan Olivia. Sontak saja mereka teler dan haha hihi, dan kemudian mereka punya niat jahat untuk memperkosa cowok sebagai tindakan balas dendam atas nasib yang menimpa mereka. Di saat itu si pengantar pizza (diperankan Gandhi Fernando) datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita tentang tiga cewek teler lantas amnesia, tak tahu kejadian liar apa yang telah terjadi sebelumnya adalah formula klasik ala ‘The Hangover’ (Todd Phillips, 2009). Dengan formula itu, pembuat film ini (masih) bisa membuat kita tertarik pada kekonyolan-kekonyolan yang dilakukan tiap-tiap karakter utamanya. Di sini letak salah satu kekuatan terbesar ‘Pizza Man’. Momen-momen yang seharusnya milik karakter utama tak pernah disabotase oleh karakter-karakter pendukung. Film ini memang diisi banyak peran pendukung dari Babe Cabita (sebagai tukang bajaj), Kemal Palevi (sebagai satpam), Dennis Adhiswara (sebagai dokter), Dhea Ananda (sebagai istri dari si pengantar pizza yang tengah hamil dan sibuk mencari keberadaan sang suami), Zerny Rusmalia (sebagai suster kepala), hingga duo penulis naskah film ini, Gandhi Fernando dan R Danni Jaka Sembada. Namun, banyaknya karakter pendukung ini tak membuat cerita menjadi timpang ataupun menyimpang. Penulis naskah berhasil membuat keberadaan tokoh-tokoh pendukung menguatkan cerita secara utuh.
Casting director bekerja dengan amat baik memilih aktor-aktris seperti Yuki Kato, Joanna Alexandra, Karina Nadila serta sederet aktor pendukung yang meliliki kharisma cukup kuat untuk mengantarkan cerita film ini. Ditambah, mereka dibekali skrip yang memberikan poin-poin juicy yang merata baik ke karakter-karakter utama maupun pendukung. Tak seperti kebanyakan film lain yang karakter-karakter utamanya hanya terbawa arus, di film ini mereka mengambil keputusan yang membuat plot terus berjalan.
Sebagai film komedi, terlepas dari beberapa leluconnya yang meleset, masih ada saat-saat yang bisa membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Dan kelucuan yang dihadirkan film ini lumayan konsisten sepanjang durasi film. Kekuatan 'Pizza Man' terletak di comedic timing yang umumnya pas.
Saya menyukai film ini karena tidak mencoba untuk berpura-pura menjadi lebih berat dari yang sebenarnya. Pembuat film ini hanya ingin bersenang-senang tanpa mengesampingkan craftmentship yang seringkali diabaikan oleh pembuat film di kelas ini. Hampir tak ada nilai pretensius dalam film ini. Saat film-film lain terjebak dengan tema-tema besar tapi jatuhnya ringan, film ini hanya mencoba untuk bercerita.
Dari segi teknis, film ini adalah hasil kerja yang cukup serius. Saya suka cara Topher Koper (siapa pun nama asli Anda) membingkai setiap adegan film ini. Sinematografinya cukup bisa dibanggakan ketimbang kebanyakan film Indonesia belakangan ini.
Akting para pemain juga secara mengejutkan tampil prima. Yuki Kato tak pernah bermain seapik ini sebelumnya, dan lewat film ini pandangan saya terhadapnya langsung berubah. Ia salah seorang aktris yang cukup menjanjikan untuk ke depannya. Joanna Alexandra dan Karina Nadila juga sama-sama tampil mengesankan. 'Pizza Man' adalah film yang sangat layak untuk ditonton ketimbang (sekali lagi) kebanyakan film-film Indonesia belakangan ini.
Shandy Gasella pengamat film, bekerja di Badan Perfilman Indonesia
(mmu/mmu)