'It Follows': Paranoia yang Mencekam

'It Follows': Paranoia yang Mencekam

Candra Aditya - detikHot
Rabu, 27 Mei 2015 11:12 WIB
Jakarta - Ini bukan film horor macam ‘The Conjuring’ atau ‘Insidious’ yang penuh dengan penampakan hantu perempuan berambut panjang. Film garapan David Robert Mitchell ini tidak menampilkan satu pun penampakan hantu cekikikan, atau anak-anak muda yang sok-sokan berani menantang setan. Tapi, ‘It Follows’ tetap mencekam dan mungkin ini salah satu horor paling original 2015 ini.

Film ini mengikuti kisah seorang gadis bernama Jay (Maika Monroe yang juga bermain dalam ‘The Guest’ yang juga cukup menghentak) yang pada awalnya hanya menjalani kehidupannya sebagai gadis yang normal. Dia bersekolah, bermain bersama sahabat, menonton televisi dan berpacaran dengan sang kekasih, Hugh (Jake Weary). Tidak ada yang aneh, semuanya dalam batas wajar.

Malam itu, Jay untuk pertama kalinya memutuskan untuk berhubungan dengan seks dengan Hugh. Tak disangka-sangka, setelah selesai Hugh membekapnya sampai akhirnya dia pingsan, dan terbangun dalam keadaan terikat. Saat itulah, Hugh yang sedang panik dan berkeringat mengatakan kepadanya bahwa dia harus melakukan ini karena sudah tidak kuat. Tidak kuat apa, kenapa?

Kemudian, di tengah kegelapan, di semak-semak, muncullah seorang perempuan tanpa busana berjalan ke arah mereka. “Apa kau melihatnya?” tanya Hugh. Jay mengangguk. Dan begitulah. Jay diantarkan pulang oleh Hugh. Dan hari-hari berikutnya, sosok misterius dalam berbagai wujud manusia mendekatinya dan seperti sedang mengejarnya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Tapi pertanyaan yang lebih penting adalah bagaimana cara Jay bisa menghentikan mimpi buruk ini?

Secara cerita, ‘It Follows’ memang sudah menunjukkan geregetnya dengan pembukaan yang efektif. Kita tidak melihat apa-apa selain seorang gadis muda berlari ketakutan ke sana ke mari di sebuah perumahan yang cukup damai. Kemudian kita melihat si gadis menangis di pinggir pantai dan menghubungi ayahnya dan meminta maaf. Kemudian adegan dipotong dengan visual yang mencekam ketika sang gadis meninggal dalam bentuk yang tidak wajar.

Cara Mitchell mempersembahkan pembukaan yang sebenarnya sudah sering dipakai dalam jutaan film horor ini adalah hal yang menyebabkan ‘It Follows’ menonjol. Mitchell, yang sekaligus juga menulis ceritanya, tahu benar bagaimana cara menggiring penonton untuk merasakan ketakutan, kepanikan dan disorientasi. Kamera milik Mike Gioulakis dioptimalkan untuk menuntun penonton ke emosi paranoia. Mitchell memutar kamera 360 derajat untuk memberikan informasi kepada penonton bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu. Namun pada saat yang bersamaan, gerakan kamera yang perlahan itu justru memberikan ketegangan yang pas.

Cara Mitchell menjaga tensi inilah yang membuat ‘It Follows’ semakin menggila meskipun minim dengan penampakan horor. Secara plot mungkin Mitchell agak kedodoran menjelang babak ketiga. Namun secara tensi, Mitchell tidak pernah gagal untuk membuat penonton merasakan apapun paranoia yang dirasakan Jay. Setiap ketukan pintu, setiap derap langkah kaki bahkan setiap daun yang bergoyang dijamin akan membuat Anda mencengkeram kursi dengan erat.

Yang juga membuat ‘It Follows’ terasa original adalah keputusan Mitchell untuk menjaga misteri di dalam cerita tetap solid. Ia tak berussaha menjelaskan semua hal. Bahkan sampai akhir film kita tidak akan diberi tahu sebenarnya apa yang membuat semua karakter dalam film ini ketakutan. Namun, justru absennya jawaban itu membuat ‘It Follows’ semakin menarik. Apakah kepanikan ini sebenarnya hanyalah metafora tentang bahayanya berhubungan seks di luar ikatan nikah? Bagaimana semua ini dimulai dan siapakah orang pertama yang menjadi korban atas teror ini?

Didukung dengan penampilan meyakinkan dari Maika Monroe, ‘It Follows’ adalah film horor cerdas yang harus Anda saksikan. Mood film yang sengaja dibuat jadul—visual 80-an dan soundtrack yang sepenuhnya berasal dari synth—memberikan kesan vintage yang semakin membuat film ini terasa spesial. Bagi penggemar film penggedor jantung, ‘It Follows’ jelas tidak bisa dilewatkan begitu saja. Film ini hanya tayang secara di BlitzMegaplex dan Cinemaxx

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads