Di masa depan yang terekam dalam 'Big Hero 6', Jepang berhasil menjajah seluruh dunia. Kota San Fransisco di Amerika berubah menjadi San Fransokyo. Kehadiran robot di tengah masyarakat bukan menjadi hal yang baru. Dan, hampir selalu ada orang Jepang di setiap tempat. Hiro Hamada (disuarakan oleh Ryan Potter) adalah seorang jenius. Di usianya yang baru 14 tahun dia sudah lulus SMA dan menciptakan robot yang sanggup menjadikannya pemenang adu robot dengan mudah.
Sang kakak, Tadashi Hamada (disuarakan oleh Daniel Henney) berusaha keras menggantikan figur orangtua mereka yang sudah meninggal. Dia membantu Hiro untuk mendapatkan masa depan yang baik dengan masuk universitas. Hiro yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Tadashi โkuperโ hanya bisa pasrah ketika diajak ke kampus untuk mengambil beberapa barang. Di sisi lain, Tadashi justru bermaksud menunjukkan kepada Hiro bahwa menjadi anak kuliahan itu tidak selamanya kuper. Dan, Hiro pun mulai termakan hal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disney berusaha sangat keras untuk menyaingi studio animasi raksasa yang mendominasi Hollywood --Pixar dan Dreamworks-- untuk membuat film keluarga yang fantastik. Dengan 'Wreck-It-Ralph' dan 'Frozen', Disney meyakinkan semua orang bahwa animasi CGI-nya tidak kalah keren dibanding ciptaan Pixar, atau naga-naga Dreamworks.
Secara visual, 'Big Hero 6' menampilkan visual yang megah. Warna-warnanya menakjubkan dan gambaran masa depan di film ini tampak begitu menyenangkan. Gambaran para karakternya juga begitu jelas. Cocok dengan kekuatan super mereka. Dan, tampilan Baymax sebagai komoditi utama 'Big Hero 6' sungguh menggemaskan.
Sayangnya, 'Big Hero 6' kehilangan originalitasnya begitu alur berubah arah untuk menjadi film tentang para pahlawan. Ditulis oleh Robert L. Baird, Dan Gerson dan Jordan Roberts, film ini memang memberikan prolog yang cukup unik. Kita diberikan sesuatu yang berbeda mulai dari pertandingan ilegal para robot, dunia perkuliahan yang tidak biasa dan tentu saja sosok Baymax itu sendiri.
ย
Namun, begitu Hiro menemukan konspirasi besar yang menyebabkan kematian kakaknya, 'Big Hero 6' menjadi seperti film standar animasi anak-anak zaman sekarang. Selain Baymax yang memang mencuri perhatian, film ini tidak menawarkan apa-apa selain pesan moral khas Disney. Bandingkan dengan 'How To Train Your Dragon' yang mempunyai treatment yang lebih segar. Atau, 'The Icredibles' yang berhasil memberikan makna baru pada keluarga disfungsional. Meskipun pada bagian akhir 'Big Hero 6' mencoba memberikan momen-momen mengaharukan, film ini masih belum bisa mengalahkan momen dramatis seperti dalam 'The Iron Giant'.
Tapi, tetap saja, perlu dikatakan untuk kesekian kalinya, Baymax memang mencuri perhatian. Selain cocok untuk dilahap oleh anak-anak, film ini juga nyaman untuk ditonton bersama keluarga. Menghibur, walaupun belum bisa menjadi film animasi yang memberikan makna yang dalam seperti yang dilakukan Pixar, Dreamworks dan Ghibli.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)