Β
Kegilaan ini tentu saja membuat produsernya berpikir sekeras mungkin untuk mengeskploitasi apapun yang ada dalam film tersebut. Kini, setahun kemudian, boneka menyeramkan yang menjadi prolog efektif dalam 'The Conjuring' dibuatkan film sendiri. Apakah boneka berhantu tersebut mempunyai keseraman yang serupa dengan petualangan suami-istri Warren?
'Annabelle' mengambil cerita setahun sebelum prolog 'The Conjuring' dimulai. Korbannya adalah Mia (Annabelle Wallis) dan John (Ward Horton), sepasang suami-istri yang sedang menunggu kelahiran putri pertama mereka. Mia, tentu saja memiliki hobi mengoleksi boneka-boneka. Dan, suatu malam sang suami mengejutkannya dengan memberinya boneka perempuan yang dia damba-dambakan.
Boneka tersebut baik-baik saja sampai tetangganya kisruh. Kekisruhan ini melibatkan meninggalnya seorang tetangga, penyerangan yang melibatkan pisau, darah dan sebuah sekte pemuja setan. Boneka tersebut berakhir di pelukan si perempuan dengan leher terkoyak yang banjir darah. Dan, inilah awal mula sejarah boneka setan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelemahan 'Annabelle' sudah terasa dari awal film dimulai. Pengenalan tokohnya tidak terlalu istimewa, apalagi dibuat tiga dimensi. Keantikan Mia untuk mengoleksi boneka juga tidak dijelaskan dengan baik atau digali lebih dalam. Penonton hanya (diberi) tahu bahwa dia suka mengoleksi boneka. Meskipun begitu, dalam banyak kasus, ini bisa dimaafkan. Dalam film horor, siapa yang peduli karakter yang memorable kalau ceritanya seram? Masalahnya, 'Annabelle' tidak menyeramkan. Cerita film ini begitu standar dan membosankan.
Gary Dauberman sebagai penulis cerita sama sekali tidak tahu bagaimana cara membuat kisah awal-mula yang menarik. Film ini terasa seperti hybrid antara 'The Conjuring' dan 'Insidious' tanpa bagian seramnya. Dauberman sama sekali tidak menjelaskan kemisteriusan sekte setan atau apa maksud mereka mengejar-ngejar Mia. Bandingkan dengan 'Paranormal Activity' yang paling tidak mau memberikan eksposisi soal itu. Misteri yang begitu minim ini membuat 'Annabelle' terasa begitu hambar.
Skrip yang jelek sekalipun sebenarnya bisa dibantu dengan penanganan yang ciamik. James Wan bisa melakukannya dengan mudah pada 'Insidious Chapter 2' yang agak datar. Sayangnya, Leonetti gagal menjalankan estafet tersebut. Secara atmosfer, Leonetti memang berhasil membuat suasana yang mencekam. Namun, begitu hantunya nampang dan mulai menghantui, film ini kehilangan keseramannya. Beberapa jalan pintas seperti jump scares-nya memang berhasil. Namun, film horor tidak selamanya bertumpu pada itu.
Salah satu hal yang menarik dalam 'Annabelle' adalah sinematografinya yang begitu terampil membuat Anda tidak tenang. James Kniest sebagai sang sinematografer sering menggunakan extreme low angle untuk membuat Anda was-was. Meskipun hal ini tidak pernah dimanfaatkan benar oleh sang sutradara --kapankah Annabelle bergerak-gerak sendiri dan membuat orang menjerit?-- tidak bisa dipungkiri bahwa visualnya menarik. Bagaimanapun, 'Annabelle' masih akan menarik banyak penonton yang cinta dengan 'The Conjuring', dan butuh asupan teriakan. Tapi, itu tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan banyak penonton kecewa bahwa ternyata boneka gentayangan favorit mereka tidak semenyeramkan yang dikira.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)











































