'No Tears For The Dead': Jiwa Seorang Pembunuh

'No Tears For The Dead': Jiwa Seorang Pembunuh

- detikHot
Jumat, 11 Jul 2014 11:20 WIB
No Tears For The Dead: Jiwa Seorang Pembunuh
Jakarta - Pada satu malam di sebuah bar, Gon terlihat sedang menikmati waktunya. Ia duduk, menuangkan wiski ke gelas, hingga pada satu momen di antara keremangan bar itu ia melihat seorang bocah mungil yang cantik tengah memperhatikan dirinya. Dari kejauhan Gon membalas sapaan si bocah dengan membuat mimik muka jelek, memuntahkan minumannya dengan sengaja ke dalam gelas, dan tingkah konyolnya itu membuat si bocah mungil tadi tertawa bahagia. Di antara mereka, tak jauh dari tempat Gon duduk, seorang cewek cantik bernyanyi dalam alunan jazz di atas panggung. Bila Anda familiar dengan salah satu karya sutradara Joko Anwar, adegan ini sedikit mengingatkan pada adegan di bar saat Ranti (diperankan oleh Fahrani) juga bernyanyi dalam suasana yang mirip dalam 'KALA' (2007).

Gon rupanya berada di sana untuk menyelesaikan sebuah tugas. Ia menyelinap masuk ke satu ruangan yang dipenuhi pria-pria berbahaya, dan ia kemudian menghabisi mereka dengan keji tanpa ampun sedikit pun. Saat menyadari tugasnya telah selesai, Gon mendengar suara langkah kaki mendekatinya, dan segera saja ia berpaling melepaskan tembakan ke arah asal suara itu dengan membabi buta. Celakanya, tembakan itu malah mengenai jantung si bocah mungil tadi. Gon melihatnya tergeletak bersimbah darah. Sejak kejadian itu, hidupnya tak pernah sama lagi.

Bila saya singgung kembali film 'KALA' dalam ulasan ini, selain ada kemiripan adegan yang disebutkan tadi, rupanya film karya teranyar dari Lee Leong-beom setelah kali terakhirnya mengarahkan 'The Man From Nowhere' (2010) ini mengusung genre yang sama, yaitu noir. Bila 'KALA' merupakan film noir bercitarasa horor dan fantasi, 'No Tears For The Dead' noir yang penuh laga dan kekerasan, seperti 'Scarface' (Brian De Palma, 1983) dalam citarasa Korea yang kental.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adegan tembak-tembakan di film ini memang terasa khas Hollywood, namun aksi baku hantamnya sangatlah khas Korea --sadis, realistis, ditampilkan dalam koreografi yang mengesankan. Uniknya, di tengah-tengah keributan yang brutal, cerita juga diberi sedikit sentuhan emosi drama keluarga yang mengundang haru. Ya, namanya juga film Korea.

Seperti di negara kita, di Korea pun adegan tembak-tembakan adalah hal yang dianggap konyol, karena selain dipergunakan oleh polisi dan militer, senjata api tak bisa dimiliki begitu saja oleh warga sipil. Mengakali hal ini, untuk membuat cerita film terasa lebih realistis, Lee Leong-beom menghadirkan karakter Gon dengan latar belakang yang cukup meyakinkan; ia diceritakan sebagai seorang pembunuh bayaran kelahiran Korea namun dibesarkan di Amerika. Di negeri Paman Sam itulah ia merintis kariernya sebagai pembunuh bayaran, dan reputasinya tak tertandingi oleh siapa pun.

Pada akhirnya, Gon mendapatkan tugas terakhir: pulang kampung ke Korea untuk menghabisi Mo-gyeong (Kim Min-hee), si ibu dari bocah yang tak sengaja ia bunuh tempo hari itu. Mampukah kini ia menyelesaikan misinya? Ada pergulatan batin yang dialami Gon, rasa penyesalan, juga trauma masa lalu yang tak henti-henti menyakitinya jiwanya.

Tokoh utama kita ini adalah seorang penjahat sadis berdarah dingin yang seiring waktu menemukan titik nadirnya. Jang Dong-gun ('The Promise', 'Taegukgi'), kecuali kemampuan berbahasa Inggrisnya yang di bawah rata-rata, di lain sisi mampu memberi persona dan kedalaman karakter terhadap tokoh yang ia perankan.

Sutradara Lee Leong-beom berhasil meramu jalinan plot, serta menghadirkan setiap aksi dalam film ini dengan cukup memikat. Kehadiran para pembunuh bayaran yang terlihat jauh lebih bengis ketimbang musuh-musuh di film 'G.I. Joe' semakin menambah daya tarik film ini. Beberapa adegan aksinya bahkan bisa membuat kita sedikit meringis sambil menggenggam erat tangan kekasih kita, atau sandaran kursi bioskop bila Anda jomblo.

Sebagai sebuah tontonan hiburan, film ini tak mengecewakan, terlebih bagi Anda yang merindukan penampilan si Brad Pitt dari Korea Jang Dong-gun. Menyaksikan film ini ibarat menyantap kurma di hari pertama buka puasa. Sungguh sebuah penantian panjang yang memuaskan. (Film ini hanya diputar di jaringan bioskop Blitz)

Shandy Gasella pengamat perfilman Asia

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads