Setelah kejadian melelahkan di New York dalam 'The Avengers', Steve Rogers atau yang lebih dikenal dengan nama populernya Captain America (Chris Evans) berusaha untuk tetap menjadi orang yang sederhana. Sambil berlari setiap pagi, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai pahlawan super. Hari itu, Rogers mendapatkan kabar bahwa sebuah kapal milik S.H.I.E.L.D dibajak oleh Georges Batroc (Georges St. Pierre). Bersama dengan Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), mereka bersama-sama mendatangi kapal tersebut dan menyelamatkan sandera. Di tengah-tengah pertempuran, Rogers mengetahui bahwa tugasnya dengan Romanoff amatlah berbeda. Murka, Rogers bertemu dengan Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan menanyakan tujuan ini semua.
Sebuah proyek bernama Operation:Insight ternyata sedang dalam pengembangan. Rogers menolak ide ini. Menurutnya, kedamaian terjadi karena manusia saling menghormati. Fury mencoba mempertahankan kedamaian dengan paranoid. Diskusi tersebut belum selesai ketika Fury mendadak diserang oleh seseorang bernama Winter Soldier (Sebastian Stan) dan meninggal dunia. Kini giliran Rogers dan Romanoff yang mencoba menguak rahasia di balik sebuah algoritma rumit yang susah untuk dipecahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekurangannya adalah film-film yang dirilis sebelum proyek raksasa tersebut terasa seperti sebuah pemanis menuju klimaks. 'Captain America: The First Avenger' tidak menawarkan sesuatu yang luar biasa. Perjalanan Steve Rogers menjadi Captain America tidak semenarik atau sedramatis Spider-Man. Tidak hanya musuhnya yang nampak biasa-biasa saja --bahkan dengan nama sekeren Red Skull-- adegan klimaksnya pun tidak meninggalkan kesan. Poin paling penting dalam 'Captain America: The First Avenger' adalah bagaimana Captain America lompat dari tahun 40-an ke masa kini dan akhirnya bergabung dengan teman-teman Avengers-nya.
Beruntunglah, setelah 'The Avengers' dirilis, duo penulis Christopher Markus dan Stephen McFeely sekarang mempunyai bahan yang menarik untuk diceritakan. 'Captain America: The Winter Soldier' tidak hanya memiliki adegan-adegan action yang keren --seperti bagaimana Nick Fury dikejar-kejar begitu banyak musuh di jalanan-- namun juga memiliki cerita yang cukup berbobot. Pahlawan super menghadapi alien dan benda keramat sudah bukan barang baru. Namun, pahlawan super harus mencari tahu siapa saja kawan dan siapa lawan dalam organisasi yang dia kira baik, itu baru sebuah konflik yang menarik.
Duo sutradara Anthony Russo dan Joe Russo memang baru melakukan debut penyutradaraan layar lebar mereka lewat film ini --sebelumnya menyutradarai serial-serial keren seperti 'Community' dan 'Happy Endings'. Namun, mereka tidak gagap dalam mengeksplor semua galaksi Marvel. Selain adegan action yang muncul setiap sepuluh menit sekali, Russo Bersaudara juga mempersembahkan 'Captain America: The Winter Soldier' dengan tempo yang cepat dan masih mampu memberikan sisi emosional yang cukupan.
Chris Evans sudah pernah menunjukkan peran dramatisnya dalam 'Snowpiercer' beberapa waktu lalu. Kali ketiga menjadi Captain America, Evans jauh lebih menyenangkan. Chemistry-nya dengan Scarlett Johansson juga menjadi salah satu hal yang menarik untuk ditengok. Percakapan mereka soal masa lalu dan teman kencan mereka memberikan sesuatu yang berbeda. Samuel L. Jackson sudah tidak diragukan lagi kemampuannya untuk tampil beringas. Dua pendatang baru, Anthony Mackie dan Robert Redford mendapatkan jatah screen time yang lumayan dan tidak disia-siakan oleh keduanya. Jika Mackie berhasil merebut perhatian penonton dengan karakternya yang humble, Redford melakukan hal yang sebaliknya dengan menjadi sosok yang menyebalkan dan bengis.
Pada akhirnya, tanpa kita menghubung-hubungkan dengan sekuel 'Avengers', 'Captain America: The Winter Soldier' adalah sebuah film tentang pahlawan super yang sangat solid. Film ini bisa bersanding di sebelah film pertama 'Iron Man' yang juga sama bagusnya. Captain America akhirnya bisa membuktikan bahwa filmnya tidak senorak namanya.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)