'Non-Stop': Teror di Pesawat

Jakarta - Apa kesamaan antara Liam Neeson dan Jodie Foster? Sekilas, pertanyaan itu mungkin terasa mengada-ngada. Tapi, jawabannya sungguh nyata: keduanya sama-sama menjadi gila saat berada di atas pesawat. Jodie Foster melakukannya dalam sebuah thriller berjudul 'Flightplan' (2005). Seolah mengikuti jejak Foster, tahun ini Neeson melakukannya dalam kolaborasi keduanya dengan Jaume Collet-Serra setelah 'Unknown'. Bedanya, dalam film berjudul 'Non-Stop' ini, Neeson tahu benar bagaimana menghancurkan rahang lawannya dengan efektif.

Dalam 'Non-Stop', Liam Neeson berperan sebagai Bill Marks, seorang polisi udara yang menyimpan luka batin yang dalam. Sebagai pelampiasannya, ia jadi lari ke rokok dan alkohol. Hampir seluruh rekan kerjanya tahu itu. Partnernya, Jack Hammond (Anson Mount) juga mengetahui fakta itu. Berbahaya memang, tapi mau bagaimana lagi?
 
Saat pesawat akhirnya sudah berada di udara, semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Bill bahkan sempat berkenalan dengan Jen Summer (Julianne Moore), penumpang yang bersikukuh mencari tempat duduk di dekat jendela. Lalu, seperti sudah diatur dengan sempurna, Bill mendapatkan SMS asing. “Transfer uang 150 juta dollar ke rekening ini atau saya akan membunuh penumpang pesawat ini satu per satu setiap dua puluh menit.” Sekarang Anda tahu kenapa Liam Neeson benar-benar berjuang mencari tahu siapa yang sedang mengerjainya.

'Non-Stop' tidak seperti film Liam Neeson beberapa waktu lalu, remake 'The A-Team' yang mengandalkan berbagai aksi gila nan spektakuler seperti menerbangkan tank di udara. Film ini lebih merupakan sebuah slow-burning thriller yang semakin lama semakin mendidih panasnya. Skripnya yang dikerjakan berbarengan oleh John W. Richardson, Chris Roach dan Ryan Engle memang tidak menawarkan motivasi penjahat yang jelas. Yang menjadi daya tarik utama 'Non-Stop' adalah permainan kucing-kucingan dan tebak-tebakan "siapa yang meneror" sepanjang film berjalan.

Ketegangan itu disusun rapi oleh sang sutradara, Jaume Collet-Serra yang sepertinya memang sudah klop dengan Liam Neeson. Setelah melakukan debut penyutradaraannya dengan membunuh Paris Hilton dalam remake 'House of Wax', kemudian membuat Vera Farmiga ketakutan dengan anak adopsinya dalam 'Orphan', Collet-Serra sudah tidak perlu berbasa-basi lagi untuk menancap gas. Setelah lima belas menit 'Non-Stop' berjalan, Anda, seperti halnya para karakter dalam filmnya, akan memegang kursi Anda dengan begitu erat. Setiap menit yang berlalu adalah siksaan dan itu adalah hal terbaik yang akan Anda nikmati setelah 'Non-Stop' berakhir.

Liam Neeson bisa memainkan perannya dalam keadaan terlelap. Bill Marks sebenarnya tidak ada bedanya dengan karakternya di 'Unknown'; sama-sama kebingungan, menjadi kambing hitam, mendapatkan todongan pistol dari segala penjuru. Namun, Liam Neeson masih bisa menambahkan unsur humanis dalam peran supermacho ini. Perhatikan saat dia berinteraksi dengan gadis kecil yang ketakutan naik pesawat. Secara instan, ia dapat menjatuhkan semua keganasannya, dan kita bisa melihat dengan jelas luka masa lalu yang masih menghantuinya.

Julianne Moore, Corey Stoll dari serial 'House of Cards', Michelle Dockery sampai Lupita Nyong’o --pembuatnya jelas belum melihat aksinya dalam '12 Years A Slave'-- bermain efektif untuk membuat Liam Neeson tetap kebingungan hingga akhir film. Diiringi dengan musik John Ottman yang menggigit dan diakhiri dengan klimaks yang memuaskan, 'Non-Stop' adalah segala yang Anda butuhkan dari sebuah thriller. Nikmati saja permainannya, dan bersiap-siaplah untuk terjun bebas.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)