Bersiaplah merasakan sensasi thrilling paling mencekam dalam 'Zero Dark Thirty' persembahan dari sutradara pemenang Oscar, Kathryn Bigelow. Film dibuka dengan layar hitam. Anda bisa mendengar suara para korban 9/11 minta tolong. Momen ini berlangsung sekitar dua menit sampai akhirnya kita lompat ke tahun 2003. Maya (Jessica Chastain) adalah seorang agen CIA muda yang ditugaskan di Pakistan untuk mencari informasi keberadaan Osama dari seorang teroris, Ammar (Reda Kateb). Berbeda dengan rekannya, Dan (Jason Clarke) yang penuh kekerasan, Maya mendekati teroris dengan lebih persuasif.
Penyelidikan Maya tidak berjalan secepat yang diharapkan semua orang. Banyak hal terjadi mulai dari lolos dari hotel yang meledak, rekan kerja yang tewas, data yang terselip sampai akhirnya pelacakan yang berakhir pada sebuah rumah. Dan, Maya yakin seyakin-yakinnya bahwa Osama Bin Laden tinggal di situ. Sayangnya, tidak semua orang di CIA mempunyai kepercayaan diri sebesar Maya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Zero Dark Thirty' tidak seperti film “propaganda” Hollywood kebanyakan. Meskipun film ini tetap buatan Hollywood, narasinya melakukan hal yang sebaliknya. Patriotisme palsu Amerika nihil di sini. Tidak ada adegan slow-motion bendera Amerika Serikat bergerak tertiup angin, tidak ada kisah cinta lokasi antarsesama agen CIA dan tidak ada pidato presiden yang mengungkapkan kehebatan CIA atau pemberian medali di akhir film. 'Zero Dark Thirty' benar-benar fokus menceritakan momen satu dekade penangkapan Bin Laden tanpa embel-embel atau pesan(an) (si)apapun. Dan, itu termasuk adegan penyiksaan yang cukup brutal yang mengundang banyak kontroversi.
Sebegitu fokusnya Bigelow dan Boal dalam menceritakan momen demi momen pencarian Bin Laden, mereka berdua sampai membiarkan karakter utamanya berdiri tanpa perlu sejarah. Maya yang diperankan Jessica Chastain tidak diberikan satu pun petunjuk tentang asal muasalnya, siapa orang tuanya, status relationship-nya atau apa minuman favoritnya. Mereka lebih fokus bagaimana membangun emosi penonton melalui perjuangan Maya yang tidak kenal lelah. Yang pada akhirnya, membuat karakter Maya menjadi salah satu karakter perempuan paling kuat dalam sejarah perfilman.
Terutama setelah Maya yang dianggap lebih berguna menjadi hiasan ruangan berkata kepada bos CIA, Leon Panetta (James Gandolfini) dengan santai, “I'm the motherfucker who found the place, Sir.” Jessica Chastain yang dinominasikan di Oscar pada tahun lalu melalui perannya dalam film 'The Help' mempersembahkan salah satu permainannya yang paling spektakuler sebagai Maya. Banyak orang akan menuduh Chastain tidak berakting karena Maya sangat tidak emosional dan tidak emotionally attached dengan apa yang dihadapinya. Tapi, justru dengan cara itulah Chastain bersinar.
Sebagai seorang perempuan yang supercerdas dan direkrut CIA sejak dari muda, sudah selayaknya Maya menjadi karakter yang terkesan dingin, fokus dengan pekerjaannya dan tidak kenal kompromi. Dan, Chastain memberikan semua itu. Lihat bagaimana ekspresinya berubah ketika mengetahui rekan kerjanya tewas karena bom bunuh diri, atau raut mukanya yang sangat menghantui di akhir film.
Chastain adalah dinamit dan sangat mungkin kalau dia akan menerima Oscar pertamanya tahun ini. Tidak hanya Jessica Chastain yang bermain cemerlang. Pemeran pembantu seperti Jason Clarke, Jennifer Ehle, Joel Edgerton dan Chris Pratt membantu membawa 'Zero Dark Thirty' ke tempat yang pantas. Ketegangan film ini juga semakin lengkap dengan scoring Alexandre Desplat yang sangat intens, handheld camera work dari Greig Fraser dan juga editing Dylan Tichenor dan William Goldenberg.
Sangat tidak berlebihan jika saya lebih menikmati 'Zero Dark Thirty' ketimbang 'The Hurt Locker'. Ini adalah penyutradaraan terbaik Kathryn Bigelow sejauh ini dan kenapa Oscar tidak memberikannya tempat di kategori Best Director adalah misteri yang tidak akan pernah terjawab.
'Zero Dark Thirty' jelas bukanlah film perang. Ini adalah statement filmmaker Amerika (Kathryn Bigelow dan Mark Boal) tentang perang dan terorisme yang paling mudah untuk dicerna. Lihat bagaimana Kathryn Bigelow menyampaikan kesimpulannya dalam adegan terakhir ketika Maya masuk ke pesawat sendirian. Dalam keremangan, setelah 157 menit Anda akan setuju dengan pertanyaan Maya yang tak terjawab, “Setelah ini apa yang akan terjadi?”
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta
(mmu/mmu)