John sedang berusaha untuk mendapatkan file dari Yuri Kamarov (Sebastian Koch). File itu berisi data-data yang akan memberatkan Chagarin (Sergei Kolesnikov), mantan partner Yuri. Memang, bukan McClane namanya kalau tidak sial. Maka, dia pun harus membantu John untuk menyelesaikan misi tersebut.
Ledakan mobil, kejar-kejaran di jalan raya Moscow menggunakan truk yang sanggup melindas berbagai jenis mobil lainnya, meloncat dari gedung paling tinggi hanyalah awal dari petualangan mereka berdua. Enam tahun setelah 'Live Free or Die Hard' dirilis, Bruce Willis kembali menunjukkan kemampuannya mengeluarkan dialog-dialog konyol di sela-sela adegan action yang tidak masuk akal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah film action ada dua hal yang penting. Nomor satu adalah deadline dan yang kedua adalah betapa beringas penjahatnya. Semua seri 'Die Hard' sebelumnya berhasil memberikan itu semua. Namun, tidak dengan 'A Good Day to Die Hard' ini. Tidak ada unsur yang membuat saya merasa geregetan, dan penjahatnya juga tidak kharismatik ataupun powerful.
John Moore sebagai sutradara memang masih sanggup meramu adegan action yang menarik dan thrilling, tapi semua itu tidak ada artinya jika emosi ceritanya absen. Dibandingkan dengan adegan Willis yang berkelahi mati-matian dengan Maggie Q dalam film sebelumnya atau bagaimana Willis berhadapan dengan Alan Rickman di film pertamanya, 'A Good Day to Die Hard' terasa seperti sebuah kesalahan.
Walaupun begitu, menonton film ini masih terasa menyenangkan berkat kharisma Bruce Willis sebagai McClane yang tidak ada duanya. Chemistry-nya dengan Jai Courtney memang terasa hampa, namun menyaksikan Willis mengeluarkan komentar-komentar seenak jidatnya masih merupakan sensasi yang menyenangkan. Dan, memang benar, tidak ada tokoh yang lebih sial di dunia ini selain McClane.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta
(mmu/mmu)











































