Denzel Washington dalam The Book of Eli seperti gambaran 'Lelaki Ilham dari Surga' yang dinyanyikan Ebiet G Ade. Denzel yang tampan itu memerankan Eli. Dia terus mengembara membawa sebuah buku yang begitu dijaganya sekaligus sangat dicintainya. Suatu malam, ia mencopot bajunya dan terlihatlah tubuhnya yang penuh luka. Denzel yang jago berkelahi tampil penuh karisma.
The Book of Eli adalah film drama action arahan sutradara Hughes Brothers. Para pecinta film action yang (maaf) awam, barangkali akan melihat film ini sebagai film yang penuh tembak-tembakan semata. Tapi film ini sejatinya menyuguhkan cerita dengan konsep ketuhanan. Lihatlah judul dan nama tokohnya saja Eli. Kata Eli, tentu akan dengan mudah mengingatkan nama lain Tuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah kamu suka membaca buku?" tanya Carniege (Gary Oldman) saat bertemu Eli. Carniege yang adalah pemimpin sekelompok penjahat ingin merebut buku yang harus dibawa Eli menuju ke Barat. Menjawab pertanyaan itu, Eli berkata ia selalu membaca, setiap hari. "Hanya orang-orang seperti kita, yang suka membaca buku yang bisa menentukan masa depan," kata Carniege.
Pecinta film tentang kiamat tidak akan menemukan kehancuran dunia yang dahsyat seperti yang sudah digambarkan film 2012. Gambar-gambar dalam film ini memperlihatkan dunia pasca kehancuran bumi itu. Langit yang selalu kelam, tak ada pepohonan subur yang tumbuh, tak ada listrik, dan penjarahan dan pembunuhan di mana-mana. Manusia kembali lagi ke masa lampau yang jauh dari peradaban. Untuk mendapatkan sampo yang pada zaman itu menjadi barang mewah harus diperebutkan dengan pertumpahan darah.
Zaman yang brutal itu hanya bisa diselamatkan dengan sebuah iman. Iman seperti yang dimiliki Eli. Iman yang mengajarkan untuk bertoleransi bukan iman yang menghalalkan kekerasan dan pembunuhan untuk mencari kekuasaan.
Bila anda pencari nilai-nilai spiritualitas dan pecinta buku, cukup sayang bila film ini dilewatkan.
(ich/iy)