Remember Me: Tak Ada Orang Lain Selain Kita

Remember Me: Tak Ada Orang Lain Selain Kita

- detikHot
Senin, 12 Apr 2010 11:43 WIB
Jakarta - Gandhi pernah mengatakan, tidak terlalu penting apa yang kita lakukan dalam hidup ini. Yang penting, kita telah melakukannya. Sebab, jika bukan kita, tidak akan ada orang lain.

Tyler Hawking mengutip Gandhi ketika menuliskan sesuatu untuk mengenang adiknya yang telah meninggal dunia karena bunuh diri. Ditambah dengan perceraian orangtuanya, kepergian sang adik itu membuat Tyler marah dan kecewa pada hidup. Hal itu dia lampiaskan antara lain dengan meninggalkan ayahnya, seorang pengusaha kaya dan berpengaruh, untuk lebih memilih tinggal di kamar sewaan yang berantakan bersama teman kuliahnya.

Dalam hari-harinya yang berjalan lamban, hidup Tyler bersilang dengan Ally Craig, teman sekampusnya dari lain jurusan, yang memiliki masa lalu nyaris serupa. Yakni, pernah kehilangan untuk selamanya orang yang sangat dicintainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak awal, aroma kematian memang telah membayangi film ini, ketika dibuka dengan sebuah tragedi tindak kejahatan di stasiun kereta bawah tanah New York yang sunyi. Tapi, 'Remember Me' (sutradara: Allen Coulter) adalah sebuah kisah cinta –tentu saja. Laki-laki bertemu perempuan, lalu jatuh cinta dengan membawa masalalu dan dunianya masing-masing. Si lelaki punya konflik dengan ayahnya yang sibuk dengan pekerjaannya, dan si cewek juga bermasalah dengan ayahnya yang protektif. Klise? Pada titik ini, iya. Tapi, memangnya apa sih di dunia ini yang nggak klise?

Di luar pertanyaan retoris itu, faktanya, film ini sejak awal memasuki penontonnya dengan mood yang kuat dalam memperkenalkan karakterisasi tokoh-tokohnya, dan kemudian mengembangkannya dengan pelan, namun tertata, sangat rapi. Bagi kalangan penonton film yang suka histeris pada apa yang mereka sebut "dialog cerdas", barangkali tidak akan seorgasme seperti ketika menonton 'Before Sunrise'. Tapi, percayalah, dalam film ini kita akan ketemu hal-hal yang tidak kalah menarik. Tyler Hawkin (Robert Pattinson) mengingatkan kita pada Tyler Durden (bahkan nama depannya pun sama) dalam 'Fight Club' atau pun Holden Caulfiled dari 'The Catcher in The Rye', dengan segala kemuakan dan sinisme pada kehidupan.

Atau, Tyler Hawkins memang perpaduan dari dua tokoh ikonik-legendaris itu? Bisa jadi film ini memang terinspirasi dari situ, termasuk kekonyolan-kekonyolan dari tokoh-tokohnya. Misalnya Aidan (Tate Ellington), teman sekamar Tyler, yang sok-filosofis tapi slebor. Dalam sebuah dialognya dengan Tyler, dia menyebut kata nihilism. Ketika Tyler mengulangi kata itu untuk mempertanyakan, Aidan pun menjawab, "Oh, aku mengutipnya dari kotak bungkus sereal. Tyler ke mana-mana naik sepeda, dan Aidan minum jus langsung dari cawan blendernya. Sedangkan Ally (Emilie de Ravin) setiap makan di restauran, memulainya dari makanan penutup, baru makanan utama, dengan alasan, khawatir meninggal dunia sehabis menyantap makanan pembuka dan itu artinya tidak akan sempat menikmati makanan penutup yang lezat!"

Dengan karakterisasi se-detail itu, untuk menggambarkan kejiwaan tokoh-tokohnya yang punya masa lalu traumatis, kita jadi mudah bersimpati karena mereka terasa begitu nyata. Maka, ketika akhirnya terjadi peristiwa besar yang tidak tersangka-sangka pada “orang-orang baik” ini, kita pun terhenyak, ingin menjerit, tapi tertahan karena tanpa kita sadari, airmata kita sudah menetes duluan.

Robert Pattinson, yang penampilannya di serial 'Twilight' membuatnya menjadi bahan olok-olok kaum dewasa, dalam film ini menunjukkan akting yang mengesankan sebagai anak muda rapuh sekaligus temperamental, pecundang sekaligus pahlawan, kakak yang mencintai dan melindungi adiknya. Salah satu momen puncaknya terjadi ketika Tyler marah dan mengamuk untuk membela Caroline (Ruby Jerins), adiknya yang masih SD, yang di sekolah selalu dipecundangi teman-temannya karena dianggap aneh.

Pierce Brosnan, walau tidak mendapat porsi yang banyak, namun tetap menyita perhatian di setiap kemunculannya sebagai ayah Tyler. Lihat bagaimana dia membentak kolega-koleganya yang tidak enak hati - untuk tetap duduk di tempat masing-masing-- menyaksikan ayah dan anak itu berantem di ruang rapat kantornya.

Lebih dari sebuah kisah cinta, 'Remember Me' adalah sebuah drama yang mencoba menyelami makna besar dan mendasar dari kehidupan. Senafas dengan kisah-kisah Mitch Albom, film ini memeriksa kembali hubungan-hubungan orang-orang yang saling membenci dan mencintai,dan menggaribawahinya dengan pesan tersirat, bahwa betapa fananya semua itu.


*Mumu Aloha, pengulas film.



(iy/iy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads