Jakarta -
Steven Spielberg terkenal dengan kecepatan memotret situasi untuk dijadikan sebuah film. Seperti yang terjadi pada 'The Post', drama politik yang dibintangi Meryl Streep.
Februari tahun lalu, Spielberg hendak membuat sebuah film berjudul 'The Kidnapping Of Edgardo Mortara', kisah inkuisisi katolik di Italia pada abad ke-19. Sutradara terbaik pemenang Oscar dari 'Saving Private Ryan' dan 'Schindler's List' itu pun menjadi sedang resah karena salah satu elemen penting belum juga ditemukan.
Spielberg mengaku memiliki kru di Italia lalu mulai membangun set di sana. Namun ia tak pernah menemukan anak laki-laki yang cocok untuk cerita film tersebut.
"Mark Rylance dipilih sebagai paus [Pius IX] dan Oscar Isaac sebagai ayah, dan saya menghabiskan hampir 10 bulan mencari anak berusia enam tahun ini. Jauh lebih mudah menemukan anak berusia 10 tahun daripada anak berusia enam tahun untuk membintangi sebuah film. Saya melihat lebih dari 3.000 anak muda untuk audisi peran tersebut," katanya saat berbicara di Screen International akhir tahun lalu.
 Foto: The Post (imdb) |
Ia kemudian mendapatkan pesan dari Stacey Snider, Kepala 20th Century Fox, yang biasa menjalankan DreamWorks untuk Spielberg. Snider memintanya untuk membaca sebuah naskah.
"Ia memberikan kepada saya melalui Amy Pascal, produser yang telah membeli naskah itu bersama Fox. Saya tak membacanya karena saya mencoba mengeluarkan film saya yang lain itu, tapi saya pikir, saya baca saja 20 halaman, lalu sisanya besok-besok," kisahnya.
Tapi ketika Spielberg membalik satu-persatu halamannya, ia terpesona dengan cerita thriller penerbit The Washington Post, Katherine Graham dan keputusannya pada 1971. Katherine ingin menerbitkan kutipan dari Pentagon Papers, yang dibocorkan oleh analis militer, Daniel Ellsberg. Di dalamnya bercerita mengenai kurangnya kepercayaan dari pemerintah AS dalam perjalanan Perang Vietnam.
"Saya akhirnya membaca semua. Ada relevansi yang tak terbantahkan dengan apa yang terjadi saat itu dengan pemerintahan Nixon yang berusaha menghentikan pers bebas, lalu mencetak sebuah cerita yang tak menyanjung pemerintahannya," tuturnya.
Saya memberi waktu satu minggu untuk menemukan anak laki-laki di Italia tadi. Jika masih tak ditemukan, ia pun akan segera benting setir lalu mengarahkan film mengenai The Washington Post yang ditawarkan kepadanya itu.
 Meryl Streep dan Tom Hanks Foto: Getty |
"Saya ingin Meryl Streep bermain untuk Katherine Graham dan Tom Hanks sebagai Ben Bradlee. Tak ada orang yang lebih baik untuk memerankan keduanya di dunia saat ini," ungkapnya.
Dari 3.000 orang yang mengikuti audisi, ia akhirnya hanya melihat 30 detik pertama dari rekaman itu. Lalu, ia pun memutuskan untuk mengarahkan 'The Post'. Tapi bukan perkara mudah sebab, ia harus memanggil satu tim yang berada di Italia itu untuk strategi proyek baru.
"Saya memindahkan departemen ke The Post sehingga mereka tak kehilangan waktu. Kami baru saja kehilangan sekitar 27 lokasi brilian di Italia untuk apa yang akan saya lakukan, saya juga harus membuat beberapa panggilan untuk memberitahu Mark Rylance dan Oscar Isaac bahwa film itu tak akan dibuat tahun ini, meskipun saya masih berniat untuk membuat itu bersama mereka," ujarnya.
Hanks sebagai Ben Bradlee, editor eksekutif 'The Washington Post' dipilih karena pengalaman mereka bekerja bersama. Selain di 'Saving Private Ryan', mereka juga kerja bareng di 'Bridge Of Spies'.
"Tom bisa melakukan apa saja dan menjadi siapa saja. Dia memiliki semua lalu memancarkannya melalui setiap karakter yang pernah dimainkannya. Ada semacam moralitas alami Amerika yang bahkan menanamkan karakter yang tidak dimaksudkan untuk menjadi pahlawan," pujinya.
Ini juga menjadi film pertama yang dibuatnya yang bercerita tentang seseorang yang benar-benar dikenalnya. Spielberg mengenal Bradlee sejak tahun 80'an.
"Kami tinggal di seberang jalan satu sama lain selama 15 tahun," katanya.
Sementara ia memilih Streep sebagai Graham tanpa ada banyak alasan. Terlebih, mereka juga tak pernah akrab satu sama lainnya.
"Saya mengenalnya sedikit secara sosial karena kami sangat dekat dengan Carrie Fisher. Saya tidak mengenal Meryl dengan baik dan tidak memiliki apa-apa selain kekaguman, rasa kagum dan respek terhadapnya, dan menjadi sangat hebat saat kita saling bertemu dalam acara sosial atau acara penghargaan," tuturnya.
[Gambas:Youtube]
(nu2/nu2)